Rabu, 10 September 2008

Awal Penciptaan Bagian II


Dan Mimbar Pun Bergetar. . .


Abdullah Ibnu Umar menceritakan bahwa suatu hari, dia melihat Rasulullah naik mimbar dan berseru dengan suara lantang sambil membaca ayat:


“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan peragungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit di gulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (az-Zumar[39]: 67)


Lalu, dengan suara yang semakin lantang dan tangan yang menunjuk-nunjuk, Nabi bersabda:


“Allah memuji diri-Nya sendiri; Aku adalah Maha Raja, Aku adalah Maha Perkasa, Aku adalah Maha Kuat, Aku adalah Maha Kuasa, Aku adalah Maha Penyusun segala, Aku adalah yang Maha Awal, Aku adalah Maha Akhir.”


Nabi masih terus menyebut nama-nama Allah. Kemudian Ibnu Umar melihat mimbar itu bergetar karena suara Rasulullah tadi.


sebuah mimbar yang terbuat dari kayu dapat bergetar karena mendengar keagungan Allah. Ia sungguh dapat bergetar dan bergerak. Anehnya, hati manusia masih saja tidak bergerak dan hanya membaca. Benda mati dapat bergerak, mengapa hati justru tidak?


Apa yang terjadi pada dirimu, wahai hati kaum muslimin? Berapa banyak penghalang dan sekat yang melintang sehingga sebuah sentuhan hakiki tidak dapat mengetuk pintu hatimu. Kira-kira, apa sebabnya?


Apakah yang menyebabkan benda mati justru lebih mudah tersentuh daripada hati yang dahulu kala mamapu meneteskan air mata ketika mendengar kata “Allah” ditengah sunyi? Hati yang ada saat ini adalah hati yang banyak berbuat maksiat dengan durhaka kepada orang tua, melepas jilbab, dan lalai dalam shalat. Wahai hati kaum muslimin! Jika sebuah mimbar dapat bergetar, bukankah sekarang giliran kalian?


Awal dan Akhir


Demikian awal alam semesta. Hanya Allah saja dan tidak ada sesuatu apapun bersama-Nya. Kira-kira, bagaimana nanti akhirnya? Sebelum berbicara tentang hal ini, kita lihat dahulu kondisi dan hal-hal yang menjadi urusan kita. Kita adalah makhluk yang mengemban misi untuk membangun bumi. Mengisi alam raya dengan aktivitas, gerakan, dan ilmu. Sebagian dari kita menganggap bumi ini laksana small village ‘kampung kecil’. Memang demikianlah adanya, sehingga manusia menyangka bahwa dia telah berhasil menundukkan bumi dan menguasainya. Disinilah peristiwa terakhir akan datang dari sang pemilik jagat raya, yaitu Allah, “Dan di tiuplah sangkakala. Maka matilah siapa yang dilangit dan di bumi ” (az-Zumar [39]: 68)


Betapa lemahnya engkau, wahai manusia! Engkau menyangka bahwa segala sesuatu ada ditanganmu dan engkau mengira dirimu pemilik segala sesuatu. Namun apa yang engkau miliki laksana fatamorgana. Lupakah engkau? Bukankah telah kita katakan bahwa dirimu hanyalah penghuni dan penyewa? Bangunlah! Sesungguhnya engkau bukan pemilik. Hanya Dia, Sang Pemilik, yang menentukan berapa lama engkau akan tinggal di dunia.


Maha Suci Allah! Sungguh, alam semesta ini bermula ketika Allah meniupkan ruh kepada Adam dan akan berakhir pula dengan ditiupnya sangkakala. Dunia bermula dari sebuah tiupan dan akan berakhir pula dengan sebuah tiupan.kehidupan ini sungguh sepele dan tidak sepadan dengan sayap nyamuk sekalipun.


Iangatlah Dia yang ada sebelum semuanya ada! Siapakah yang memiliki kekuasaan? Siapakah yang Maha Awal dan Maha Akhir? Siapakah yang menghidupkan dan mematikan? Siapakah yang membuatmu ada dan siapakah yang menghidupkanmu kembali? Kemudian ingatlah! Ingat, siapakah anda sebenarnya?


Pertanyaan yang Menggetarkan


Pada akhirnya, setiap makhluk yang ada di langit dan bumi akan tersambar oleh tiupan sangkakala. Kira-kira, seperti apa sambaran itu? Semuanya akan terkena tanpa terkecuali. Hewan-hewan berkaki empat, burung-burung, ikan-ikan, manusia, jin, dan malaikat sekalipun, semua akan mati kecuali yang dikehendaki Allah.


Allah akan memanggil, “Wahai malaikat pencabut nyawa! Siapakah yang masih hidup?”


Ingatlah dirimu setelah datangnya pertanyaan tadi, wahai orang muslim . . .!


Malaikat pencabut nyawa menjawab,


“Semua telah mati kecuali Israfil, Mikail, Jibril, dan hamba-Mu ini, malaikat pencabut nyawa.”


Allah memberi perintah kepada malaikat pencabut nyawa, “ Cabutlah nyawa Israfil!” Maka dicabutlah nyawa Israfil.


Allah kembali bertanya, “Siapakah yang masih tersisa, wahai malaikat pencabut nyawa?”“Semua telah mati kecuali Mikail, Jibril, dan hamba-Mu ini.”


Allah memerintahkan malaikat pencabut nyawa, “Cabutlah nyawa Mikail!” Dan dicabutlah nyawa Mikail.


Ingatlah dosa-dosamu, kesesatanmu, kelupaanmu, dan maksiat-maksiatmu. . . !


Allah bertanya lagi, “Siapakah yang masih tersisa, wahai malaikat pencabut nyawa?”


“Semua telah mati kecuali Jibril dan hamba-Mu ini.”


Maka Allah memerintahkan kepada malaikat pencabut nyawa, “ Cabutlah nyawa Jibril!” Dan dicabutlah nyawa Jibril.


Kembali Allah bertanya, “Siapakah yang masih tersisa, wahai malaikat pencabut nyawa?”


“Semua telah mati kecuali hamba-Mu ini.”


Maka Allah memerintahkan, “Cabutlah nyawamu sendiri .” Malaikat pencabut nyawa pun mencabut nyawanya sendiri.


Kemudian Allah menyerukan sesuatu.


Dengarkanlah, wahai orang yang lemah, orang yang lalai, orang yang sesat, dan orang yang berbuat maksiat! Hendaklah masing-masing bersedia untuk mendengarkan hatinya yang merdeka. Merdeka dari segala hawa nafsu yang telah menguasainya selama bertahun-tahun.


Inilah seruan Allah itu, “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” (al-Mu’min [40]: 16). Tidak seorangpun menjawab. Tidak ada seorang pun yang tersisa! Maka Allah menjawab pertanyaan-Nya tadi,” Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan ” (al-Mu’min [40]: 16).


Dimanakah para raja? Di manakah orang-orang yang perkasa? Di manakah para Kisra? Dalam sabda Nabi disebutkan bahwa Allah berfirman, “Pada hari ini, kekuasaan hanyalah milik Allah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan selama empat puluh .”


Kira-kira, apa yang dimaksud dengan bilangan 40 dalam hadist tadi? Hari, Bulan, ataukah Tahun> waktu tidak lagi terhitung karena hari itu, waktu telah mati.


“Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” (al-Mu’min [40]: 16) adalah pertanyaan yang menggetarkan hati siapa pun. Goyah dan tunduklah semua makhluk kepada Allah Yan Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. Dengan penuh pasrah, lisan pun berucap, “Siapakah tuhan selain Engkau, ya Allah?”


Sungguh, itulah guncangan yang seharusnya dapat menggetarkan hati dan segenap anggota tubuh yang lain. Saya yakin bahwa getaran itu akan dapat menghalau bala tentara kelalaian.


Siapakah Engkau, Wahai Makhluk yang Serba Kekurangan?


Kita telah tahu bagaimana awal kejadian alam ini dan bagaimana pula nanti ia akan berakhir. Kita juga tahu bahwa hanya Allah yang ada sebelum semuanya ada,. Begitu pula pada akhirnya nanti, hanya Allah yang ada setelah semuanya tidak ada. Tentu sekarang kita tahu apa arti sifat Maha Awal dan Maha Akhir yang dimiliki Allah.


Allah berfirman:


“Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (Menyatakan kebesaran Allah) Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.” (Al-Hadid [57]: 2)


Simaklah doa Nabi Berikut:


“Ya Allah, Tuhan pencipta langit dan bumi, Rabb kami dan Tuhan segala sesuatu. Ya Allah, Engkau adalah Dzat Yang Maha Awal; tidak ada sesuatupun yang mendahului-Mu. Engkaulah Yang Maha Akhir, tidak ada sesuatu pun yang wujud setelah Engkau. Engkaulah yang Zhahir; tidak ada yang melebihi-Mu. Engkaulah yang Bathin, tidak ada yang lebih tersembunyi daripada Engkau.”


Untaian kata-kata itu memanggil anda untuk menanamkan benih akidah di relung hati sehingga anda dapat memetik buah yang paling baik dari pohon keimanan.


Ya, seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya, tujuan dari membaca kisah-kisah nabi adalah menanam akidah dan menguatkannya. Bagaimana mungkin akidah anda tidak kokoh setelah mengetahui bahwa Allah adalah Dzat Maha Awal dan tidak ada sesuatu pun yang mendahului-Nya.; Maha Akhir dan tidak ada sesuatu apa pun yang wujud sesudah-Nya? Allah pencipta semesta langit dan bumi. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah adalah al-Mubdi’ ‘Yang membuat segala sesuatu bermula’ dan al-Mu’id ‘Yang Maha Menghidupkan kembali’.


Allah berfirman:

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah ”. (Al-‘Ankabut [29]: 19)


ketika akal berpikir dan mencari tahu kadar kekuatan seseorang makhluk yang lemah dan serba kekurangan yang bernama manusia ini, akal menemukan bahwa manusia itu ‘bukan apa-apa’, tidak mampu bergerak sendiri karena dia hanya “digerakkan”. Meski demikian, akal dan kebebasan dianugerahkan agar manusia dapat memilih sendiri jalan hidupnya di dunia, agar dia bisa berbuat apa saja setelah tahu mana yang benar dan mana yang salah.


Wahai manusia! Apa arti dirimu dibandingkan Raja?


Di Manakah Akal Pikiranmu?


Allah berfirman:


“ Apakah mereka tercipta tanpa asal usul ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada pembendaharaan Tuhanmu, ataukah mereka yang berkuasa?” (ath-Thur [52]: 35-37).


Ayat ini begitu menyentuh perasaan. Andai ia dapat berbicara, ia pasti akan bilang dangan lantang, “julianDimanakah akalmu, wahai manusia? Mengapa engkau mengabaikan Penciptamu? Mengapa hatimu seakan membeku?”


Renungkanlah hal itu! Resapilah pertanyaan Allah, “Ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (ath-Thur [52]: 35) dan, “ Ataukah mereka yang berkuasa?” (ath-Thur [52]: 37).


Itulah tadi kata-kata yang kiranya dapat menyentuh anda, membuat anda meresapi betapa diri anda sangat lemah di hadapan Dzat yang Maha Kuat, membuat anda merasa rendah diri di hadapan Dzat yang Maha Perkasa, membuat anda merasa fakir di depan Dzat yang Maha kaya.


Agar anda dapat merasakan makna-makna itu semua, ingatlah selalu, “hanya Allah yang telah dan selalu ada.”

Tidak ada komentar: