Rabu, 10 September 2008

Awal Penciptaan Bagian I


Bismillahirrohmanirrohiim…


Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barokaatuh.
Segala puji bagi Allah, shalawat, serta salam semoga dilimpakan kepada Rasulullah, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Semoga Allah Memberikan Taufik Awal penciptaan, sebuah masa sebelum Adam sendiri diciptakan, adalah tema yang menggetarkan hati.
Semoga Allah memberikan Taufik-Nya kepada kita dalam memahami tema ini. Semoga Allah membukakan pintu ilmu-Nya dan memberikan limpahan karunia-Nya.
Semoga Allah memberikan taufik kepada Anda semua hingga dapat menerima penjelasan ini dengan hati yang suci dan jernih. Amin.
Kisah tentang awal jagad raya memanggil setiap hati yang keras dan kasar untuk kemudian luluh dan dapat mendengar, insya Allah. Namun, itu semua dapat terjadi dengan satu syarat: kita dapat menerimanya dengan baik. Marilah kita bersama-sama membahas kondisi jagad raya sebelum adanya makhluk yang tercipta, sebelum adanya para nabi, sebelum hadirnya Adam, sebelum adanya langit dan bumi. Mari kita mulai!
Hanya Allah.
Apa yang ada sebelum Adam, sebelum malaikat, sebelum jin, sebelum para nabi, sebelum ada langit dan bumi, sebelum ada awan, seblum ada pasir, sebelum ada laut, dan seterusnya, dan seterusnya? Apa yang ada sebelum semuanya ada? Satu jawaban yang dapat terucap dari semua mulut dengan suara yang bulat: “Hanya Allah yang ada”.
Inilah keyakinan yang harus tertanam di dalam hati. Kalimat inilah yang akan menguatkan keyakinan anda sehingga anda dapat merasakan kekuasaan dan keagungan Allah. Lihatlah dirimu, wahai orang yang memiliki banyka kekurangan dan lemah, wahai orang yang tidak memiliki daya dan kekuatan. Sungguh, “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya ” Al-An,am [6]: 91).
Wahai saudaraku tercinta! Apakah yang tidak ada sama sekali sesuatu yang berbekas dihati anda? Allah berfirman,
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; kemudian dia bersemayam di atas ‘Arsy, Dia mengetahui apa yang mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya dan apa yang turun dar5i langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersana kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hadid [57]: 4).
Apabila bacaan anda terhadap ayat ini dipenuhi dengan pemahaman dan penghayatan akan makna yang terkandung di dalamnya, maka anda akan menarik nafas dalam-dalam seraya berucap “ La ilaha illallah” --- ucapan yang lahir secara spontan dari lubuk hati anda. Penghayatan semacam ini tidaklah terjadi pada sendiri dalam berinteraksi dengan ayat-ayat Al-Qur’an.
Akhir kata dari pembahasan tentang ‘awal penciptaan’ terangkum dalam kalimat berikut, “Hanya Allah yang ada sebelum semua ada. Segala sesuatu yang ada dan terjadi semata-mata berkat keagungan Allah”. Semoga anda dapat memegang prinsip ini. Segala hal yang anda lihat di sekeliling, baik itu berupa manusia, alam semesta, matahari, bulan, dan teknologi canggih sekali pun, yakinilah bahwa semua itu pada mulanya tiada! Sungguh, hanya Allah yang ada.
Di Manakah Rabb Kita?
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya, dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya, bahwa seorang sahabat pernah bertanya kepada Nabi, “Di manakah Tuhan kita sebelum langit dan bumi tercipta?” Nabi menjawab, “Allah berada di awan dan tidak ada suatu apa pun bersama-Nya.”
Itulah hakikat yang agung. Kita semua ada karena di- “ada”- kan. Sungguh salah orang yang menganggap bahwa manusia adalah ‘asal’. Kita hanya penghuni yang baru saja mendiami bumi ini. Tentu saja semua tahu bahwa penghuni bukanlah pemilik. Karena itu, kita semua sangat membutuhkan raja para pemilik, yaitu Allah.
Lalu apa maksud kata “awan” dalam jawaban Nabi kepada sahabat tadi? Maksudnya adalah sebuah kondisi yang tidak dapat di tangkap,digambarkan, atau dibayangkan oleh akal. Allah hanya sendiri tanpa ada sesuatu yang lain.Sungguh kasihan engkau, wahai akal! Bagaimana mungkin engkau bisa menangkap maksud “Allah hanya sendiri”?
Sungguh, itu merupakan sebuah maksud yang tidak dapat di tangkap oleh segala jenis akal dan pikiran. Mungkinkah sebuah gelas menampung air samudera? Tentu tidak mungkin. Allah benar-benar tidak dapat di kiaskan.
Yang Pertama. . .
Imran Ibnu Hushain, memberitkan bahwa serombongan orang dari Yaman menghadap Rasulullah dan menyampaikan pertanyaan, “Wahai Rasulullah, kami datang untuk menimba ilmu agama. Izinkanlah kami bertanya kepadamu tentang awal dari segala sesuatu di alam raya ini.” Rasulullah menjawab, “Allah telah ada sebelum selain-Nya ada. Allah telah ada sebelum semuanya ada.
”Wahai saudaraku tercinta! Hayatilah hadist ini dan hadist sebelumnya! Ingatlah selalu bahwa “hanya Allah sendiri”! tanamkanlah dalam perasaan dan pikiranmu! Tengoklah ke belakang lebih jauh, cobalah dan hayatilah! Lalu bacalah ayat berikut dengan sepenuh hati:
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat di sebut?” (Al-Insan [76]: 1)
Dapatkah anda memahami apa yang saya maksudkan dengan meresapi dan menghayati? Kita semua, umat manusia, ketika berpikir tentang sesuatu, hanya menggunakan kacamata filsafat saja. Namun, ketika berurusan dengan aplikasi dan praktik, tiba-tiba kita menjadi lupa. Bisakah kita mengingat sebuah masa ketika diri kita menjadi lupa, sebelum menjadi sesuatu yang layak di sebut? Allahlah yang kemudian mewujudkan kita. Bersyukurlah atas nikmat ini, nikmat wujud!
Bagaimana mungkin kita dapat menyombongkan diri kepada Allah yang telah mewujudkan kita? Ketika anda tidak melakukan ruku dan sujud, tidakkah anda merasa bahwa hal itu merupakan sebentuk kesombongan kepada Sang Pencipta?
Kebenaran yang Harus tertanam..
Allah berfirman,
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit di gulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Az-Zumar [39]: 67)
Dan ayat lain juga disebutkan:
“(Yaitu) pada hari ketika kami menggulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah kami akan mengulanginya. Itulah janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.” (Al-Anbiya’ [21]: 104)
Perhatikan ilustrasi berikut. Jika seorang bayi diletakkan duduk di samping seekor singa, apa yang kira-kira akan dilakukan bayi tersebut? Tentu dia akan bermain dengan singa atau barangkali akan memasukkan tanannya ke mulut singa itu. Dia tidak akan merasa takut karena dia tidak mengetahui apa itu singa serta tidak tahu apa yang mungkin dilakukan olehnya. Karena ketidaktahuannya itu, dia tidak memperlakukan singa sebagaimana mestinya. Sungguh, Allah tidak akan diumpamakan dengan apa pun. “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan peragungan yang semestinya” (az-Zumar[39]: 67). Berbeda dengan bayi tadi, orang yang berakal pasti mengetahui kekuatan dan kemampuan singa.
Kira-kira, kapankah kita akan sampai pada derajat kejantanan berpikir? Bukan hanya kejantanan gender. Kita semua tahu bahwa setiap jantan adalah lelaki. Namun tidak semua lelaki itu jantan.
Saudaraku tercinta! Tidak semua kebenaran dapat tertanam meski sering diulang di lisan. Mengimaninya sepenuh hati dan mewujudkannya dengan amal yang benar, hanya dengan dua hal itulah kebenaran bisa diresapi.

Tidak ada komentar: