Kamis, 26 Juni 2008

Pesan Ruhul Kudus di Eden

Pesan Ruhul Kudus di Eden mengenai penyerangan FPI
Ditulis pada Juni 1, 2008 oleh sumardiono

Dari Eden, keluar pesan Malaikat Jibri, sang Ruhul Kudus mengenai penyerbuan FPI terhadap aksi damai AKKBB. Berikut ini pesannya sebagaimana yang termuat di situs http://le2-34-777.info.


Pesan Ruhul Kudus
Menanggapi Peristiwa Penyerangan Anggota Front Pembela Islam (FPI)
terhadap Anggota Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB)
yang sedang Menggelar Demonstrasi Penolakan Pembubaran Ahmadiyah di Monumen Nasional

Salam Eden

Setiap pengorbanan itu ada nilainya. Setiap keteraniayaan besar nilainya. Memperjuangkan kebebasan beragama niscaya berujung pada Rahmat Tuhan yang besar.

Tak perlu ragu-ragu dalam menentukan langkah perjuangan untuk selanjutnya, apalagi surut oleh ancaman atau tragedi apa pun, karena setiap langkah itu akan terpuji. Karena memang demikian hakikat Keilahian yang selalu akan memberi makna pada perjuangan yang disukai-Nya. Setiap tetes darah yang terbersit keluar, niscaya terliputkan dalam perhitungan Perjanjian Tuhan yang selalu mengupayakan keindahan makna kemenangan kebebasan beragama.

Jangan pernah takut. Takkan terjadi ketertindasan yang akan menjadi kegagalan. Itu janji Ruhul Kudus dan Pesan Tuhan yang sedang kusampaikan.

Jibril Ruhul Kudus
1 Juni 2008, 14.30 WIB


Heee....heeeee...

Coba kita tanyakan kepada JIBRIL nyang satu ini, Apakah benar Jibril ini diutus Tuhan untuk mengangkat Mirza Ghulam Ahmad menjadi Nabi, Imam Mahdi dan sbgnya.  Kayaknya sih Jibril satu ini mengangkat anaknya menjadi Isa Almaasih al mawud...
Ataukah pula pernah mengangkat Ahmad Musadeq menjadi Nabi dan Rasul ......?

Musuh Islam dalam selimut

Jumat, 04 Januari 2008


AWAS, MUSUH DALAM SELIMUT BAGI UMMAT ISLAM ...WASPADALAH. ..WASPADALAH. ..!!!!!


by : Deden Sholahudin


Pembaca yang budiman, di masa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam masih hidup ada dua golongan musuh Islam yaitu orang kafir dan orang munafiq. Di antara kedua golongan ini orang-orang munafiq adalah yang paling berbahaya bagi ummat Islam, karena mereka mengaku Islam namun pada hakekatnya menghancurkan Islam dari dalam. Dan hal ini senantiasa terjadi di sepanjang jaman, begitu pula di jaman kita sekarang ini bahkan di negeri yang kita tinggali ini.
Alloh Ta'ala memerintahkan kepada Nabi dan orang-orang yang beriman supaya berjihad melawan orang-orang kafir dan munafiq. Alloh berfirman, "Wahai Nabi berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafiq dan bersikap keraslah pada mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. " (At Taubah: 73)

JIL Mengganyang Islam

Salah satu musuh yang kini tengah dihadapi ummat Islam adalah ajaran sesat yang dibawa oleh Jaringan Islam Liberal/JIL. Sehingga kerancuan yang mereka tebarkan perlu dibantah, apalagi orang-orang yang membawa pemikiran sesat ini adalah tokoh-tokoh yang digelari cendekiawan, kyai dan intelektual. Sebenarnya pernyataan mereka terlalu menyakitkan untuk ditulis dan disebarluaskan, namun demi tegaknya kebenaran maka dalam kesempatan ini akan kami bawakan beberapa contoh kesesatan pemikiran mereka yang dengannya pembaca akan mengetahui betapa rusaknya akidah Islam Liberal ini.

Orang JIL Tidak Paham Tauhid

Nurcholis Majid menafsirkan Laa ilaaha illalloh dengan arti "Tiada tuhan (t kecil) kecuali Tuhan (T besar)". Padahal Rosululloh, para sahabat dan para ulama dari jaman ke zaman meyakini bahwa makna Laa ilaaha ilalloh adalah "Tiada sesembahan yang benar kecuali Alloh". Dalilnya adalah firman Alloh, "Demikian itulah kuasa Alloh Dialah sesembahan yang haq adapun sesembahan-sesembah an yang mereka seru selain Alloh adalah (sesembahan) yang batil..." (Al Hajj: 62). Nah, satu contoh ini sebenarnya sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa ajaran JIL adalah sesat karena menyimpang dari petunjuk Rosululloh dan para sahabat. Walaupun dalam mempromosikan kesesatannya mereka menggunakan label Islam, tapi sesungguhnya Islam cuci tangan dari apa yang mereka katakan.
Orang JIL Tidak Paham Kebenaran
Ulil Abshar (seorang tokoh JIL -ed) mengatakan bahwa semua agama sama, semuanya menuju jalan kebenaran, jadi Islam bukan yang paling benar katanya. Padahal Al Qur'an dan As Sunnah menegaskan bahwa Islamlah satu-satunya agama yang benar, yaitu Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam. Alloh Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya agama yang benar di sisi Alloh hanyalah Islam." (Ali Imron: 19). Nabi juga bersabda, "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya. Tidaklah ada seorang pun yang mendengar kenabianku, baik Yahudi maupun Nasrani kemudian mati dalam keadaan tidak beriman dengan ajaran yang aku bawa kecuali pastilah dia termasuk di antara para penghuni neraka." (HR. Muslim). Kalau Alloh dan Rosul-Nya sudah menyatakan demikian, maka anda pun bisa menjawab apakah yang dikatakan Ulil ini kebenaran ataukah bukan?

Orang JIL Tidak Paham Islam

Para tokoh JIL menafsirkan Islam hanya sebagai sikap pasrah kepada Tuhan. Maksud mereka siapapun dia apapun agamanya selama dia pasrah kepada Tuhan maka dia adalah orang Islam. Allohu Akbar! Ini adalah Jahil Murokkab (bodoh kuadrat), sudah salah, merasa sok tahu lagi. Cobalah kita simak jawaban Nabi ketika Jibril bertanya tentang Islam. Beliau menjawab, "Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, engkau menegakkan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Romadhon dan berhaji ke baitulloh jika engkau sanggup mengadakan perjalanan ke sana." (HR. Muslim). Siapakah yang lebih tahu tentang Islam; Nabi ataukah orang-orang JIL?
Orang JIL Menghina Syari'at Islam
Ulil Abshor mengatakan bahwa larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara perempuan Islam dengan lelaki non-Islam sudah tidak relevan lagi. Padahal Alloh Ta'ala telah berfirman, "Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku telah ridho Islam menjadi agama kalian." (Al Ma'idah: 3). Kalau Alloh yang maha tahu sudah menyatakan bahwa Islam sudah sempurna sedangkan Ulil mengatakan bahwa ada aturan Islam yang tidak relevan -tidak cocok dengan perkembangan jaman- maka kita justeru bertanya kepadanya: Siapakah yang lebih tahu, JIL ataukah Alloh?!

Orang Bodoh Kok Diikuti?

Demikianlah beberapa contoh kesesatan pemikiran JIL. Kita telah melihat bersama betapa bodohnya pemikiran semacam ini. Kalaulah makna tauhid, makna Islam adalah sebagaimana yang dikatakan oleh mereka (JIL) niscaya Abu Jahal, Abu Lahab dan orang-orang kafir Quraisy yang dimusuhi Nabi menjadi orang yang pertama-tama masuk Islam. Karena mereka meyakini bahwasanya Alloh-lah pencipta, pengatur, pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan, yang mampu menyelamatkan mereka ketika tertimpa bencana, sehingga ketika mereka diombang-ambingkan oleh ombak lautan mereka mengikhlashkan do'a hanya kepada Alloh, memasrahkan urusan mereka kepada-Nya.
Namun dengan keyakinan semacam ini mereka tetap saja menolak ajakan Nabi untuk mengucapkan Laa ilaaha illalloh. Bahkan mereka memerangi Rosululloh, menyiksa para sahabat dan membunuh sebagian di antara mereka dengan cara yang amat keji. Inilah bukti bahwa orang-orang JIL benar-benar tidak paham Al Qur'an, tidak paham As Sunnah, bahkan tidak paham sejarah!!

Himbauan

Melalui tulisan ini kami menghimbau kepada segenap kaum muslimin agar menjauhi buletin, majalah, website, siaran TV atau radio yang digunakan oleh JIL dalam menyebarkan kesesatan mereka dan bagi yang memiliki kewenangan hendaklah memusnahkannya. Karena Alloh Ta'ala telah memerintahkan, "Wahai Nabi berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafiq dan bersikap keraslah pada mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. " (At Taubah: 73). Dan ketahuilah bahwasanya tidak ada yang bisa membentengi kaum muslimin dari kebinasaan kecuali dengan kembali berpegang dengan Al Qur'an dan As Sunnah serta pemahaman para salafush sholih (sahabat dan murid-murid mereka). Dan Rosululloh telah menegaskan bahwasanya ilmu itu hanya bisa diraih dengan cara belajar (lihat Fathul Bari). Semoga tulisan yang singkat ini bisa meruntuhkan kerancuan-kerancuan yang ditebarkan oleh musuh-musuh Alloh dan Rosul-Nya.
Imam Al Auza'i berpesan, "Wajib atas kalian mengikuti jejak salaf (para sahabat) walaupun banyak manusia yang menentangmu. Dan waspadalah dari pemikiran-pemikiran manusia meskipun mereka menghiasinya dengan perkataan-perkataan yang indah di hadapanmu". Hanya kepada Alloh-lah kita memohon perlindungan. Wallohu a'lam.
***
Tingkat pembahasan: Dasar
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

GERAKAN ISLAM ANTI KEKERASAN ........?


Deklarasi Gerakan Umat Islam Anti Kekerasan
Oleh : Nugroho Angkasa S.pd

23-Jun-2008, 10:19:32 WIB - SUMBER

KabarIndonesia - Belakangan ini marak terjadi aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama tertentu. Puncaknya berupa penyerangan massa FPI terhadap peserta pawai damai AKKBB yang tengah memperingati hari lahir Pancasila ke-63 di Monas pada 1 Juni 2008 silam.

Puluhan orang terluka, baik secara fisik maupun mental, termasuk anak-anak dan kaum perempuan. Harkat dan martabat bangsa di dunia internasional semakin terpuruk karena nilai-nilai kebebasan, HAM dan demokrasi diinjak-injak oleh segerombolan "kriminal" berjubah.

Sedikit intermezo, penulis tidak menyebut kata "preman" berjubah karena sikap arogan, fanatis dan fasis FPI tak layak menyandang gelar preman sekalipun. Di pasar Tanah Abang, para premanpun tak akan main keroyokan, melukai wanita, apalagi membenturkan kepala anak-anak ke tembok. Kalaupun para preman itu bertarung di jalanan pasti "single' alias satu lawan satu. Mereka tak pernah pula membawa-bawa identitas keagamaan tertentu, menyuarakan nama Alllah yang Maha Rahman dan Rahim lantas membuat kepala orang (perempuan) gegar orak. Sungguh menjijikkan dan menodai jiwa ksatria sejati.

Ironisnya pemerintah tak kunjung bertindak tegas, dalam pengertian membekukan kelompok radikal yang besembunyi di balik kedok agama tersebut. Karena tersandera oleh kepentingan politis pragmatis berjangka pendek. Mereka lupa bahwa menjadi pemimpin berarti, meminjam istilah Bung Karno, satu untuk semua, semua untuk satu, dan last but not least semua buat semua!

UUD 1945 menjamin setiap warga negara bisa leluasa memilih keyakinan dan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya tersebut. Pemerintah tak perlu campur tangan terlalu jauh mengurusi masalah privat seorang anak bangsa. Apalagi melakukan tindak kekerasan struktural untuk memberangus kebebasan dan hak asasi manusia tersebut. Tugas pokok negara ialah menyediakan pendidikan gratis, kesehatan murah, harga sembako terjangkau dan melunasi hutang LN.

Negara ini berlandaskan Pancasila, sehingga tak boleh tersubordinasi oleh akidah agama, atau tepatnya sekte tertentu (baca: wahabi, Sumber: www.pahamwahabi.bogspot.com)
konflik kekerasan di berbagai daerah yang bernuansa SARA sengaja diciptakan untuk memecah-belah sesama putra-putri Ibu Pertiwi. Itu politik lama "devide et impera".

Oleh sebab itu kini saatnya segenap elemen masyarakat madani, khususnya umat Muslim moderat menyuarakan pesan-pesan perdamaian dan apresiasi terhadap pelangi kebhinekaan di bumi Nusantara tercinta sebagai rahmatan'lil alamin. Teman-teman yang beragama Islam musti menunjukkan sikap yang tegas terhadap para radikal yang menodai ajaran agama atas nama agama itu sendiri.

Alhamdulilah upaya gotong-royong itu sudah dimulai. Yakni dengan mendeklarasikan GERAKAN UMAT ISLAM ANTI KEKERASAN pada 21 Juni 2008 lalu di Jakarta. Anggota gerakan non violence ini terdiri atas pelbagai elemen anak bangsa yang beragama Muslim. Mereka secara tegas menolak kekerasan yang dilakukan FPI serta disponsori oleh Ormas, anggota parlemen, politisi, bahkan partai politik tertentu.

Gerakan Umat Islam Anti Kekerasan ini merupakan gerakan moral yang berasal dari akar rumput sebagai cetusan nurani anak bangsa yang bhineka namun tetap menjunjung tinggi keikaan Indonesia. Sekaligus bersifat dinamis dan progresif tanpa menafikan kearifan budaya lokal Nusantara. Selamat berjuang kawan, Salam Indonesia



DEKLARASI PEMBENTUKAN GERAKAN UMAT ISLAM ANTI KEKERASAN


Muqadimmah/Preambul:

Atas Nama Cinta yang Tak terbatas dan Tak Bersyarat; dengan mengucapkan Asma Allah yang Rahman dan Rahim,
yang memiliki banyak sebutan namun Satu Ada-Nya; dengan tidak membedakan Tuhan karena perbedaan agama yang merupakan jalan-jalan yang berbeda untuk menuju Tujuan yang Sama, yaitu Tuhan; kami, sekelompok Warga Negara Indonesia yang lahir dalam keluarga Muslim, dibesarkan dan dididik dengan Nilai-Nilai Islami yang Universal dan merupakan Rahmat bagi seluruh alam; bersama ini, Mendeklarasikan Pembentukan Gerakan Umat Islam Anti Kekerasan!

Latar Belakang:

Adalah Kejadian yang sangat memilukan di Lapangan Monumen Nasional di Jakarta Pusat pada tanggal 1 Juni 2008, yang mendorong kami untuk mendeklarasikan gerakan ini.

Pada hari itu, sekelompok orang yang menamakan dirinya sebagai Front Pembela Islam dan Lasykar Komando Islam dibawah pimpinan Habib Riziek, Munarman – yang mana di kemudian hari diketahui memperoleh dukungan secara diam-diam maupun secara terbuka dari sekelompok pengacara yang menggunakan dalih “pembelaan kaum Muslim” untuk membela para pelaku aksi kekerasan, beberapa partai politik, pejabat negara, anggota DPR dan MPR, LSM-LSM, public figure dan lain sebagainya – melakukan aksi kekerasan yang mana merupakan tindakan kriminal yang telah direncanakan terhadap sesama anak bangsa.

Mereka yang menjadi korban bukan saja sesama umat Islam, tetapi juga umat-umat lainnya, seperti Hindu, Buddhis, Kristen Protestan, Katolik dan lain sebagainya.

Insiden ini sangat memalukan bagi kami yang beragama Islam, karena, sekali lagi, tindakan kekerasan itu dilakukan atas nama agama Islam, dan dengan menggunakan atribut-atribut keagamaan.

Ada pun beberapa ulama kita malah membenarkan dengan pernyataan mereka yang sama sekali tidak cerdas karena mengaitkan kekerasan tersebut dengan ajaran agama. Ayat-ayat suci yang ada kalanya bersifat kontekstual ditafsirkan secara sempit untuk membenarkan pikiran mereka yang penuh dengan kekerasan, hanya karena mereka memiliki atribut ulama.


MAKA, BERSAMA INI

Kami, menyatakan sikap kami sebagai berikut:

* Kami menolak segala macam dan bentuk kekerasan yang dilakukan atas nama agama, dalam hal ini khususnya agama Islam.
* Kami menghimbau dengan hormat agar para Ulama, Pengacara, Pejabat, Anggota DPR/MPR dan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia untuk tidak membenarkan aksi kekerasan yang dilakukan atas nama agama.
* Kami memohon kepada pemerintah dan seluruh aparat pemerintahan untuk menindak para pelaku aksi kekerasan.
* Kami menolak pemaksaan pemahaman yang dilakukan oleh para penganut kekerasan atas nama Islam dengan cara intimidasi.

Gerakan ini tidak akan pernah menggunakan kekerasan untuk memastikan supaya himbauan dan permohonan tersebut dipenuhi.

Namun, gerakan ini juga tidak akan duduk diam selama himbauan dan permohonan diatas tidak ditindaklanjuti segera. Gerakan ini akan menggunakan seluruh daya, upaya, energi dan sumber daya yang dimilikinya untuk memastikan bahwa kekerasan tidak lagi terjadi di Bumi Indonesia.

Demi terwujudnya hal itu, gerakan ini akan melakukan segala macam tindakan, selama berada dalam kerangka “Tanpa Kekerasan” – termasuk namun tidak terbatas pada aksi Non-Kooperasi terhadap pihak2 yang secara implisit maupun eksplisit mendukung aksi kekerasan atau bersikap setengah hati untuk menindaknya, Penyebaran Brosus/Flyer untuk membuka kedok para pendukung tersebut, mengadakan pertemuan publik, dan hal-hal lain yang dianggap perlu.

Demikian, deklarasi ini dibuat di Jakarta, pada tanggal 30 Juni, tepatnya 29 hari setelah aksi yang memilukan itu, dan ditandatangani oleh para deklaratornya yang mewakili seluruh rakyat Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Salam Indonesia!

TUJUAN FPPI DAN AKKBB...?

Apa Sebenarnya Tujuan Akhir FPI dan Kaum Radikal lainnya?

Mungkin saja, Ketua FPI, Muhammad Rizieq Shihab adalah korban permainan politik. Dengan ideologi puritannya terkadang bisa saja dia dan para asistennya menjadi naif dan ekstra lugu. Kalau kita lebih jeli melihat aksi-aksi politik FPI, tentu kita bisa menarik dari arah mana sumber dukungan ke FPI ini berasal.

Kalau saya tidak salah, FPI (dengan Laskar Pembela Islam nya) pertama kali muncul dalam demo tanggal 17 Agustus 1998. Mereka menentang semua elemen-elemen aksi yang menolak Habibie menjadi presiden. Pada Bulan Agustus 1999, FPI/LPI melakukan demo ke MPR. Mereka mendukung pemilihan kembali Habibie menjadi presiden, dan menolak Megawati Soekarnoputri menjadi kandidat presiden dengan alasan "menurut Islam, haram hukumnya kalau perempuan menjadi presiden."

Pada kesempatan lain FPI/LPI menyerang Komnas HAM yang sedang melakukan investigasi beberapa jenderal (termasuk Menteri Pertahanan Wiranto, waktu itu) yang diduga melakukan pelanggaran HAM berat di Timor Timur. Menurut FPI/LPI, Komnas HAM tidak membela umat Islam (yaitu para jenderal yang muslim) tapi membela orang Timor Timur yang Nasrani.

Disini saya lebih tertarik untuk melihat ke tataran ideologis yang menggerakkan FPI dan para simpatisannya yang mayoritas berideologi Islamis dan Neo-fundamentalis.

***

Kaum Islamis dan Neo-Fundamentalis menyerukan rekonstruksi sosial dan moralitas dengan berdasarkan pada seruan kembali kepada Al-Qur'an dan Hadis. Mereka ingin menemukan kembali ajaran Islam tanpa ada deviasi historis, dan distorsi yang berasal dari nalar, sambil menyingkirkan segala tradisi budaya juga adat istiadat lokal yang menempel di ajaran Islam.

Mereka ingin memisahkan diri dari islam tradisional yang telah mewujudkan dirinya selama 1400 tahun akumulasi tradisi pemikiran dalam kitab-kitab khazanah klasik dan kultur tradisional masyarakat-masyarakat Muslim. Akumulasi ilmu-ilmu islam ini dianggap sebagai penghambat jalan ke arah pemurnian Islam, jalan kembali kepada Al-Qur'an dan Hadis. Mereka menampilkan pemutusan tajam dengan tradisitradisi keislaman dan pada saat yang sama menyerukan kembali ke masa lalu yang dibayangkan murni, masa lalu yang dikukuhkan kembali secara berbeda dari realitas sejarahnya, masa lalu yang steril dari segala "tahyul, bid'ah dan khurafat" yang tidak hanya berbentuk ziarah kubur waliyullah, penghargaan adat-istiadat lokal, tetapi termasuk juga tradisi fiqih-ushul fiqih madzhab, ilmu kalam, filsafat Islam, dan tentu saja tasawuf-thariqat.

***

Ketua FPI, Muhammad Rizieq Shihab, walaupun tidak menjadi Wahabi, dan bukanlah penganjur Wahabi tulen, tampaknya telah mengadopsi mentalitas Wahabisme Saudi dari tempat ia belajar: LIPIA (sekarang ada di Warung Buncit, di depan Kantor Harian Republika) dan Universitas Ibnu Su'ud di Riyadh. Jika kolega-kolega Wahabinya mengambil bentuk permusuhan terhadap musuh-musuh alamiah Wahabi, maka Rizieq Shihab menampilkan model Islam konfrontatifnya terhadap apa yang ia pandang maksiat atau kesesatan. FPI (dan kelompok islamis dan neo-fundamentalis lainnya seperti HTI, MMI, dan lain sebagainya) hanyalah salah satu puncak gunung es fundamentalisme Islam yang bagian terbesarnya di bawah air menjangkau ke ajaran-ajaran Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri gerakan Wahabi di Nejd pada abad ke 18, dan persilangannya dengan gerakan salafi modernis Islam.


Muhammad ibn Abd al-Wahhab (1703-1792) memutuskan untuk memisahkan diri dari Kekhalifahan Turki Usmani dan mendirikan negara sendiri di Arabia Tengah dan wilayah Teluk Persia. Kembali kepada Al-Qur'an dan Hadis adalah kredonya, sekaligus membuang semua fiqih-usul fiqih, tasawuf, dan falsafah warisan abad pertengahan. Ibn Abdul Wahhab menyatakan bahwa para Khalifah Turki Usmani adalah kafir, kerena mereka telah murtad dari Islam.

***

Dari sejak berdirinya hingga sekarang, aliran Wahabi ini melakukan aksinya dengan dua fokus kerja besar:

1. Penghancuran ekspresi kultur Islam tradisional. Kultur Islam tradisional ini dipandang oleh kaum Wahabi sebagai tahyul, bid'ah, dan khurafat. Ini terentang mulai dari ziarah kubur waliyullah, kesenian tradisional, praktik sufisme populis, adat istiadat lokal yang telah membaur dengan ekspresi Islam populis seperti perayaan maulid, dsb.

2. Pengkafiran dan menuding sesat (ini adalah bentuk penghancuran kultur Islam tradisionalis dalam ranah pemikiran) para ulama dalam 4 pilar tradisi intelektual spiritual Islam (Fiqih-Ushul Fiqih Madzhab, Tasawuf-Thariqat, Filsafat Islam, dan Ilmu Kalam Asy'ariyah-Maturidiy ah)

Wahabi inilah yang menjelma menjadi aliran neofundamentalis Di seluruh dunia setelah booming petro dolar Saudi di awal 70-an. Neofundamentalis Wahabi ini terkadang adalah mereka yang mengalami convert atau "pemurtadan", dari Islam tradisional lalu dibrainwashed oleh lembaga-lembaga Pendidikan Islam Wahabi di Saudi Arabia atau filialnya (seperti LIPIA di Warung Buncit Jakarta) menjadi Wahabi yang kaffah atau minimal memiliki mentalitas Wahabi.

Di antara pemula ormas Islam neo-fundamentalis penerima dana Saudi yang beragenda Wahabisme adalah DDII (Dewan Dakwah Islam Indonesia), dari lembaga inilah pada tahun 80-an kita mulai mendengar adanya kristenisasi di Indonesia, bersamaan dengan eksploitasi permusuhan dan kebencian kepada kelompok Nasrani di Indonesia.

Dari Majalah Media Dakwah terbitan DDII inilah semangat kebencian dan permusuhan

kepada kelompok yang berbeda dengan mereka mulai disemai dengan baik, dengan bantuan uang Saudi Wahabi.

Gerakan modernis Islam yang digagas oleh Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad `Abduh, dan Sayed Rayid Ridha pada abad ke 19-awal abad 20 adalah satu gerakan pembaruan Islam yang pada awalnya bercita-cita baik, tetapi pada akhirnya malah membentuk ruang vakum otoritas dalam Islam Sunni. ini adalah efek samping dari gerakan reformis-modernis, penganjuran ijtihad sebagai bentuk pembebasan diri dari madzhab madzhab,

dan kembali ke Al-Qur'an dan Hadis. Gerakan Salafi tiga besar ulama modernis ini akhirnya hanya membesar di sisi kanan, yang melahirkan tokoh-tokoh Islamis seperti Hasan al-Banna, Abul A'la al- Maududi, Quthub, Sa'id Hawwa, Mustafa As-Siba'i, lalu bercampur baur dengan gagasan-gagasan Wahabi hingga melahirkan orang-orang seperti Osama bin Laden dan para Thaliban di Afghanistan.

Dari Hasan Al-Banna dan Quthub, gagasan-gagasan sisi kanan Salafi ini disuburkan dalam Ikhwanul Muslimin, dan kemudian diekspor ke Indonesia melalui pengajian-pengajian Usrah kampus, yang akhirnya berevolusi menjadi partai politik PKS.

Sisi kiri gerakan salafi yang diwariskan Muhammad `Abduh ini adalah gerakan-gerakan neo-modernis (yang menurut saya adalah ahli waris paling absah dari gerakan pembaruan Islam dari garis Muhammad `Abduh) yang diwakili oleh almarhum Nurcholish Madjid, Dawam Rahardjo, dan Dr. M. Syafi'i Anwar (salah satu korban insiden 1 juni 08 di Monas) di Indonesia. Sementara di Timur Tengah dan India diwakili oleh Muhammad Khalafallah, Amin Al-Khuli, Sayyid Mahmud Al-Qimny, Muhammad Al-Ghazali, Fazlur Rahman, Al-Faruqi, Nashr Hamid Abu Zaid, dan Hassan Hanafi.

Sisi kiri Salafi ini juga dibombardir dengan tuduhan sesat sejak dulu oleh kaum Wahabi dan "saudara kandung"nya di sisi kanan Salafi.

***

Kalau kita mengikuti alur berfikir kelompok islamis dan neofundamentalis yang memandang Ahmadiyah sesat, maka dimana pola fikir penyesatan ini akan berakhir? Ini akan berakhir dalam konflik horizontal ketika satu kelompok mengklaim mereka adalah Pengikut Qur'an-Sunnah yang sebenarnya (dalam versi Wahabi- Salafi, karena dua kelompok inilah yang mengeksploitasi pendekatan harfiyah terhadap Qur'an-Sunnah dan selalu berkata

"di dalam Islam..", "menurut Islam….", "Islam berkata…"

sehingga siapa pun yang berbeda pendapat dengan mereka menjadi otomatis berada di luar Islam),sementara yang lainnya adalah kelompok sesat atau minimal bid'ah.

Dalam sebuah fatwa para ulama Islam Wahabi di Saudi Arabia yang dikeluarkan pada tahun 1991 ( jilid 3: halaman 344) oleh al-Lajnah al-Da'imah li al-Buhuts al-`Ilmiyyah wa al-Ifta' dinyatakan bahwa Syaikh Sayyid `Abdul Qadir al-Jailani (pendiri thariqat Qadiriyahyang diamalkan oleh banyak ulama Nahdlatul `Ulama dan juga ulama Islam tradisionalis lain di Indonesia, Malaysia, dan Thailand Selatan) dan Syah Waliyullah Ad-Dihlawi (ulama reformer di India) adalah kafir dan musyrik.

Para ulama fiqih (sebagian besar mereka juga mufassir Al-Qur'an) yang juga dituduh kafir dan sesat oleh pendiri Wahabi (Ibn Abdul Wahhab) sendiri antara lain adalah Fakhruddin ar-Razi (wafat 606H/1210M), Abu Sa'id al-Baydhawi (wafat 710H/1310M), Abu Hayyan al-Gharnati (wafat 745H/1344M), al-Khazin (wafat 741H/1341M), Muhammad al-Balkhi (wafat 830H/1426M), Shihabuddin al-Qastalani (w.923/1517M) Abu Sa'ud al-`Imadi (w. 982H/1574M), dan masih banyak lagi.

Dalam logika berfikir penyesatan kelompok lain ini, maka pada akhirnya kelompok sesat dan bid'ah ini tidak hanya Ahmadiyah (perlu diingat bahwa ada tidaknya nabi yang tidak membawa risalah setelah Nabi Muhammad adalah problem khilafiyah dalam filsafat Islam, dan Tasawuf falsafi. Tidak lebih parah dari problem khilafiyah dalam filsafat Islam tentang Tuhan hanya mengetahui yang partikular seperti dikatakan Ibnu Rusyd, dan Tuhan mengetahui segalagalanya seperti yang dikatakan Al-Ghazali, atau perkataan Ana al-Haqq oleh Al-Hallaj, dan para Wali itu lebih utama dari pada para Nabi seperti yang dikatakan oleh Ibnu `Arabi), tetapi terentang mulai dari Islam Syi'ah; pengikut thariqat-thariqat sufi yang hobi zikir dan sholawat beraneka macam; ulama nahdliyyin yang masih tabarrukan, ziarah ke kuburan waliyullah, dan mengamalkan talqin dan tawassul; aktivis Jaringan Islam Liberal; pemikir Islam yang mencoba mengaplikasikan gagasan-gagasan rasional filsafat barat ke dalam kajian Islam; ulama fiqih madzhab (dengan nalar ushul fiqih tradisionalnya) yang mencoba mengkritik gagasan kaum fundamentalis yang selalu berkata

"menurut Islam.."; cendekiawan Islam Sunni yang mengadopsi

pemikiran Abdul Karim Soroush dan Mohsen Kadivar yang Syi'i, aktivis religius sinkretik yang memadukan zikir naqsyabandi dengan reiki, kundalini dan yoga; …… saya yang menulis artikel ini dan juga Anda yang menyetujui.


Sebelum dikuasai aliansi klan Sa'ud-Wahabi, Kota Makkah-Madinah adalah lokus intelektual dan spiritual Islam paling kaya. Semua representasi Madzhab Fiqih ada di sini. Para Fuqaha Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali, Syi'ah Jakfari, Zhahiri dan cabang-cabang

Di bawahnya menyambut para jamaahnya masing-masing di setiap musim haji.


Seluruh Thariqat sufi juga memiliki mursyidnya di Mekkah – Madinah. Qadiriyah, Rifa'iyyah, Naqsyabandiyah, Syadziliyah, Syistiyyah, Sammaniyah dan lain sebagainya. Dari Thariqah yang mu'tabarah hingga yang ghairu ma'tabarah. Sekarang ini semua tinggal kenangan.

Para Ulama Islam tradisionalis yang memiliki keterikatan dengan akumulasi khazanah tradisi pemikiran Islam sebenarnya mirip dengan kaum intelektual Barat yang memiliki keterikatan dengan tradisi pemikiran masa lalu Barat, keterikatan yang malah lebih dalam, koheren, dan integral. Kita bisa melihat dalam tradisi filsafat Barat, dari para pemikir skolastik ke Rene Descartes, David Hume, Immanuel Kant, Hegel, Edmund Husserl, hingga filsuf eksistensialis, adanya dialog filosofis yang masih tetap berlanjut. Kitabkitab filsafat kuno masih tetap dibaca, sebagian besar istilah teknis masih dipakai, bahkan dalam konteksnya yang telah ditransformasikan. Hal ini tidak berbeda dengan para ulama fiqih tradisionalis yang lebih dahulu membuka kitab fiqih Tuhfatul Muhtaj karangan Ibnu Hajar al- Haitami, kitab-kitab Qawaid Fiqhiyyah, dan Kitab Ushul Fiqih Al-Mushtasfa karangan Al-Ghazali untuk menjawab masalah kontemporer, ketimbang mencomot satu dua ayat Al-Qur'an, plus hadis, lalu berkata

"… menurut Islam, …."

dengan semangat kembali kepada Al- Qur'an dan Hadis seperti yang kerap dilakukan kaum Neofundamentalis dan Islamis.


Sekarang Madzhab Hanafi telah punah dari Hijaz. Sejak tahun 1925 para ulama Madzhab Syafi'i dilarang mengimami shalat di Masjidil Haram di Makkah. Begitu juga halnya dengan Madzhab Maliki. Seorang ulama besar Madzhab Maliki, Sayed Muhammad Alwi Al-Maliki juga dilarang memberi khutbah di Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi di Madinah. Padahal lebih dari 1000 tahun secara turun temurun para ulama madzhab Maliki menjadi identik dengan Madinah. Sayed Muhammad Alwi Al Maliki dituduh oleh Wahabi sebagai seorang sufi, sesat dan murtad.


Apalagi Madzhab Syi'ah, di bawah penguasa Wahabi Saudi mereka mengalami penghancuran karakter secara sistematis. Thariqat-thariqat Shufi? Mereka semua dianggap sesat, kafir, dan murtad. Yang berhak menyandang nama Islam hanyalah Wahabi.

Madzab Hanbali dan Ibnu Taimiyah? Itu boleh, sebatas masih terakomodasi dalam batas-batas akidah Wahabi. Kitab Majmu' Fatwa karangan Ibnu Taimiyah sendiri pun telah
mengalami penyuntingan agar sesuai dengan akidah Wahabi, beberapa bab yang tidak sesuai dengan akidah Wahabi, dihilangkan dalam edisi terbitan kitab itu di Saudi Arabia.

Pola inilah yang telah dan sedang diekspor oleh Wahabi-Salafi (Neo Fundamentalis- Islamis) melalui agen-agennya ke seluruh dunia.

Jumat, 20 Juni 2008

Ahmadiyah dan SKB 3 Menteri

Setelah sekian lama terkatung-katung, pemerintah akhirnya mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menag, Jaksa Agung dan Mendagri (No. 3/2008, No. Kep-033/A/JA/6/2008 dan No. 199/2008 ) tanggal 9 Juni 2008 tentang Peringatan dan Perintah kepada Penganut, Anggota, dan/atau Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesa (JAI) dan Warga Masyarakat.

Dari judulnya saja, SKB ini jelas tidak berisi pembubaran ajaran Ahmadiyah, melainkan sebuah peringatan kepada anggota Ahmadiyah agar tidak menyebarkan ajarannya; dan masyarakat di luar Ahmadiyah agar tidak menyerbu Ahmadiyah. Mimpi ummat Islam untuk tidak ada lagi ajaran sesat pupus sudah. Hingga beberapa masa ke depan, masih ada sekelompok orang yang mengaku Islam tapi mengimani adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Mengapa pemerintah, dalam hal ini Depag yang isinya orang Islam yang paham betul tentang akidah justru tidak berani membubarkan Ahmadiyah? Siapa yang meragukan keislaman dan keimanan Menag Maftuh Basyuni. Siapa juga yang tidak mengenal Nasaruddin Umar, Dirjen Bimas Islam saat ini yang mantan Purek III UIN Jakarta dan kerap didapuk sebagai khotib di masjid-masjid besar?

Saya melihat mereka paham Islam, mereka tahu akar akidah Ahmadiyah, tapi, sekali lagi, mereka takut membubarkan Ahmadiyah.

Alasan yang diutarakan sungguh naif dan kekanak-kanakan. Mereka, seperti dijelaskan Jubir Presiden Andi Malarangeng, tidak ingin membuat keputusan yang bakal kalah atau dianulir judicial review (uji materi) di Mahkamah Konstitusi.

Hehehe, lucu ya. Tumben ada orang takut sama uji materi. Padahal, belum tentu juga SKB yang dikeluarkan akan kalah dalam proses judicial review. Alasan ini terkesan dibuat-buat. Yang pasti, saat ini pemerintah sudah mengabaikan fatwa MUI yang berkali-kali, ya berkali kali menegaskan Ahmadiyah sebagai aliran sesat. Fatwa ini diamini oleh Bakorpakem yang notabene berada di bawah naungan Jaksa Agung. Ahmadiyah sama dengan kelompok Islam lain yang mengimani nabi setelah Muhammad.

Dalam Islam, siapapun yang mengaku sebagai nabi setelah Nabi Muhammad SAW adalah nabi palsu. Dan setiap orang yang mempercayai nabi palsu bukanlah seorang muslim, karena Islam menerima segala bentuk perbedaan kecuali perbedaan akidah.

SKB yang dikeluarkan pemerintah jelas menciderai hati ummat Islam. Dengan alasan takut MK, pemerintah memilih untuk menghormati orang Ahmadiyah dan mengabaikan kemurnian sebuah agama (Islam). Hal sebaliknya terjadi seandainya pemerintah membubarkan Ahmadiyah, meskipun SKB pembubaran itu akhirnya ditolak oleh MK. Apalagi sebelumnya pemerintah seolah-olah menjanjikan rakyatnya bahwa Ahmadiyah pasti dibubarkan.

Boleh jadi mayoritas media mendukung keputusan pemerintah ini. Tapi perlu diingat, tidak ada satu pun media (cetak maupun elektronik) yang memahami betul persoalan Aqidah Islamiyah yang menjadi landasan keimanan setiap muslim. Alasannya sederhana: Media yang ada di negeri ini adalah media informasi dan komunikasi, bukan media islami ataupun media keagamaan. Itu sangat wajar, sewajar mereka tidak mengomentari polemik dalam Islam sebagaimana mereka mengupas polemik di bidang politik dan lainnya.

Nah, bila setiap orang Islam ditanya satu-per-satu pandangan mereka tentang Ahmadiyah, dapat dipastikan mereka berharap kelompok penista agama seperti itu tidak dibolehkan berwujud apalagi berkembang di sini. Lihatlah bagaimana para khotib-khotib Jumat memandang Ahmadiyah sebagai aliran sesat. Lihat juga geliat jamaah ibu-ibu majelis taklim yang kerap menyuarakan kegelisahan mereka terhadap Ahmadiyah. Tidak ada sedikitpun toleransi untuk Ahmadiyah!

Dengan adanya sikap pemerintah seperti ini, saya melihat SBY tidak memiliki kans besar untuk kembali dipercaya rakyat yang kebetulan mayoritas beragama Islam. Secara politis, sebenarnya keputusan pemerintah terkait Ahmadiyah bisa menjadi kartu emas dalam rangka meraih kembali simpati dan dukungan rakyat banyak–di saat masyarakat marah dengan kenaikan BBM. Maklum, menjelang pemilu presiden (langsung) yang kedua tahun depan, apapun akan dipandang secara politis alias dipolitisasi. Semua yang berhubungan dengan pemerintah pastinya berhubungan dengan kekuasaan pemerintah itu sendiri satu periode (5 tahun) berikutnya.

Jadi kalau ada yang bilang bahwa kasus Monas direkayasa oleh kelompok tertentu, pastinya kelompok dimaksud memiliki agenda politik yang sangat jelas, yaitu memenangi Pemilu 2009.

Tapi, ya, itulah yang telah diputuskan. Yang pasti, setelah ini, para ulama akan kembali berjibaku untuk mengingatkan kekeliruan pemerintah dalam menyikapi aspirasi yang selama ini disampaikan dalam serangkaian demontrasi dan dialog. Hanya satu yang diinginkan oleh muslim Indonesia: Bubarkan Ahmadiyah.

Mungkin sih agak meniru para biksu di Myanmar. Tapi memang semestinya begitu. Kalau memang Ahmadiyah itu menyesatkan dan menodai akidah Islam, semua ulama di seluruh penjuru negeri ini memang perlu untuk menyuarakan aspirasi mereka secara lantang dan tegas.***

sumber : http://iskandarjet.wordpress.com