Selasa, 22 April 2008

Theologi Kemakmuran

THEOLOGIA KEMAKMURAN


Sekarang banyak gereja / pendeta / orang kristen yang percaya / mengajarkan Theologia Kemakmuran, dimana mereka percaya / mengajarkan bahwa orang kristen yang sungguh-sungguh beriman dan mengikut Tuhan, pasti akan kaya atau harus kaya.

Banyak orang kristen yang hanya bisa merasakan bahwa ajaran semacam itu adalah ajaran yang salah / sesat, tetapi pada waktu para penganut / pengajar Theologia Kemakmuran itu memberikan argumentasi-argumentasi mereka, baik berdasarkan Kitab Suci maupun berdasarkan 'fakta', maka banyak sekali orang kristen yang tidak bisa menjawab argumentasi-argumentasi itu.

Karena itu disini saya ingin mengajak saudara untuk:

1) Mempelajari argumentasi-argumentasi, baik berdasarkan Kitab Suci maupun berdasarkan 'fakta', yang digunakan oleh para penganut Theologia Kemak-muran itu.

2) Mempelajari kesalahan-kesalahan dari argumentasi-argumentasi mereka, dan sekaligus melihat / mempelajari ayat-ayat Kitab Suci yang sengaja dihindari / diabaikan oleh para penganut Theologia Kemakmuran.

3) Mempelajari ajaran Kitab Suci yang benar tentang kekayaan dan sikap yang benar terhadap kekayaan.

I) ARGUMENTASI2 THEOLOGIA KEMAKMURAN:

A) Argumentasi berdasarkan Kitab Suci:

1) Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak Allah (Yoh 1:12 Roma 8:14-17 Gal 3:26 dsb).

Mereka mengatakan bahwa karena kita adalah anak Allah, sedangkan Allah itu maha kaya, maka kita juga harus kaya. Mengaku diri sebagai anak Allah, tetapi hidup dalam kemiskinan, adalah suatu kontradiksi.

Mereka bahkan berani mengatakan bahwa Allah malu mempunyai anak-anak yang miskin!

2) Ayat-ayat Kitab Suci yang menceritakan tentang orang beriman yang diberkati oleh Tuhan sehingga menjadi kaya. Dalam hal ini biasanya mereka mengambil cerita-cerita tentang tokoh-tokoh Perjanjian Lama yang adalah orang beriman dan sekaligus adalah orang kaya. Misalnya: Daud, Salomo, Ayub, Abraham, Ishak, Yakub dsb.

Mereka lalu mengatakan bahwa orang-orang itu beriman dan taat kepada Tuhan, dan karena itu mereka diberkati oleh Tuhan sehingga menjadi kaya. Jadi, kalau kita beriman dan taat kepada Tuhan, kita pasti juga menjadi kaya. Mereka bahkan berani mengatakan bahwa kalau kita tidak kaya, itu berarti kita tidak / kurang beriman, dan / atau kita tidak / kurang taat kepada Tuhan.

3) Ayat-ayat Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa Tuhan berjanji akan memberikan berkat jasmani yang berkelimpahan kepada orang yang mentaati Dia, yang memberikan persembahan perpuluhan dsb.

Misalnya: Im 26:1-13 Ul 28:1-14 Amsal 3:9-10 Maleakhi 3:10-12.

Mereka berkata bahwa Firman Tuhan berlaku kekal dan Tuhan tidak pernah berdusta / melanggar janjiNya, sehingga pada jaman inipun janji-janji itu berlaku dan pasti akan Tuhan genapi, asal kita beriman dan taat kepadaNya!

4) Ayat-ayat Perjanjian Baru seperti:
Mat 6:33 yang menjanjikan bahwa Tuhan akan menambahkan / memberikan 'semuanya' (yang mereka artikan sebagai 'kekayaan') kepada kita, asal kita mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya.
Yoh 10:10 yang mengatakan bahwa Yesus datang supaya kita mempunyai 'hidup yang berkelimpahan' (yang mereka artikan sebagai 'hidup kaya'!).
2Kor 8:9 yang mengatakan bahwa Yesus itu rela menjadi miskin, supaya kita yang miskin menjadi kaya (ini mereka artikan 'kaya secara jasmani').
2Kor 9:6 yang mengatakan bahwa orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak. Ini dipakai untuk mendorong jemaat untuk memberi per-sembahan sebanyak mungkin, supaya menjadi kaya!

B) Argumentasi berdasarkan 'fakta':

Kalau kita bisa menunjukkan ayat-ayat KItab Suci yang menentang ajaran Theologia Kemakmuran, maka para penganut Theologia Kemakmuran ini sering menggunakan argumentasi yang berdasarkan 'fakta', dimana me-reka lalu berkata bahwa 'fakta' menunjukkan bahwa:

1) Gereja yang mengajarkan Theologia Kemakmuran ternyata berkem-bang pesat, yang jelas menunjukkan berkat Tuhan atas gereja itu. Kalau memang ajarannya salah / sesat, mengapa gerejanya bisa begitu diberkati oleh Tuhan?

2) Jemaat dari gereja itu memang betul-betul makmur / kaya. Bukankah ini menunjukkan bahwa dengan beriman kepada Tuhan, taat kepada-Nya dan memberikan persembahan persepuluhan, mereka betul-betul dijadikan makmur / kaya oleh Tuhan?

Pdt. Dr. Paul Yonggi Cho bahkan pernah bersaksi bahwa dulu jemaat-nya sedikit dan semuanya miskin. Lalu ia mulai mengajar mereka bagaimana menjadi kaya, dan sekarang tidak ada orang miskin di dalam gerejanya.

Bukankah kedua 'fakta' ini menunjukkan bahwa ajaran Theologia Kemak-muran memang benar?

II) TANGGAPAN / JAWABAN SAYA:

A) Tentang argumentasi berdasarkan Kitab Suci:

1) Kalau kita mau menafsirkan Kitab Suci dengan benar, maka kita harus menafsirkan suatu bagian Kitab Suci dengan memperhatikan semua bagian-bagian lain dalam Kitab Suci yang berhubungan dengan ba-gian yang akan kita tafsirkan itu. Dan kita harus menafsirkan bagian itu sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan bagian-bagian lain dari Kitab Suci.

Mengapa harus demikian? Karena Allah itu bukan pendusta, dan karena itu kata-kataNya tidak mungkin bisa bertentangan satu sama lain! Kitab Suci adalah firman / kata-kata Allah, sehingga tidak mungkin bertentangan satu sama lain.

Tetapi, para penganut Theologia Kemakmuran ini hanya melihat / menyoroti bagian-bagian tertentu dari Kitab Suci yang mendukung pandangan mereka, dan mereka mengabaikan bagian-bagian lain dari Kitab Suci yang jelas-jelas menentang penafsiran mereka.

Catatan:

Ingatlah bahwa cara penafsiran seperti ini adalah sumber timbulnya semua ajaran sesat, dan juga bahwa cara penafsiran seperti ini merupakan cara dari hampir semua nabi palsu dalam mempertahan-kan ajaran sesat mereka!

Contoh:

a) Kitab Suci memang menggambarkan hubungan Allah dengan kita sebagai Bapa dengan anakNya. Tetapi Kitab Suci juga menggam-barkan hubungan Allah dengan kita sebagai Tuan dengan hamba (Misalnya: Yoh 13:16), dan juga sebagai Komandan dan prajurit / tentara (2Tim 2:3-4).

Gambaran bahwa kita adalah anak memang bisa menimbulkan pemikiran bahwa hidup kristen itu enak, kaya dsb. Tetapi gam-baran bahwa kita adalah hamba / tentara jelas menimbulkan kesan yang jauh berbeda. Seharusnya, kita meninjau semua gambaran-gambaran itu dan bukan salah satu saja. Itu akan menunjukkan bahwa di dalam hidup kristen itu bukan hanya terdapat hal-hal yang enak saja, tetapi juga ada ketundukan mutlak, pelayanan, peperangan, penderitaan, bahkan kemiskinan!

Hal-hal seperti ini tidak pernah mereka perhatikan / soroti, atau bahkan sengaja mereka abaikan!

b) Allah memang adalah Bapa kita, tetapi Ia adalah Bapa kita secara rohani (Yoh 1:12-13)! Dan Ia adalah Bapa yang bijaksana (Ro 11:33)! Kitab Suci bahkan berkata bahwa Ia menghajar kita pada saat diperlukan (Ibr 12:5-11), dan ini menunjukkan bahwa Ia bukanlah seorang Bapa yang memanjakan anak-anakNya!

Kalau seorang bapa duniawi / jasmani yang bijaksana saja pasti tidak akan memanjakan anaknya dengan memberikan uang sebe-rapa dia kehendaki, maka jelas bahwa Allah, sebagai Bapa rohani kita yang bijaksana, juga tidak akan melakukan hal itu!

Lagi-lagi ini merupakan bagian yang sengaja diabaikan oleh para penganut Theologia Kemakmuran!

Terhadap orang yang mengatakan bahwa Allah itu malu kalau mempunyai seorang anak yang miskin, saya ingin tanyakan: di bagian mana dari Kitab Suci ada ajaran seperti itu? Dalam Kitab Suci disebutkan ada banyak orang percaya yang miskin. Tetapi tidak pernah dikatakan bahwa Allah malu karena kemiskinan mereka!

Orang yang mengajarkan hal seperti ini memandang Allah secara jasmani / duniawi, seakan-akan Ia adalah seorang manusia seperti kita! Manusia yang kaya memang akan malu kalau anaknya miskin! Tetapi Allah tidak demikian! Allah tidak malu mempunyai anak yang miskin, sakit dsb. Ia bahkan akan senang kalau mempu-nyai anak yang dalam kemiskinan, kesakitan dan penderitaan, tetap beriman kepadaNya, mengasihiNya, dan mentaatiNya! Hal yang memalukan Allah ialah kalau kita sebagai anak-anakNya hidup dalam dosa (Wah 3:18 bdk. juga Mat 5:16)! Juga kalau kita menekankan keduniawian dan kekayaan lebih dari pada keroha-nian, seperti yang dilakukan oleh para penganut / pengajar Theologia Kemakmuran!

c) Dalam Kitab Suci memang ada banyak orang beriman yang kaya, tetapi juga ada banyak yang tidak kaya, bahkan yang miskin.

Misalnya: Yesus sendiri (Luk 9:58), rasul-rasul (Kis 3:6), jemaat kristen abad pertama (Kis 2:45b Kis 4:35b Kis 6:1 Roma 15:26 2Kor 8:2 Wah 2:9).

Memang ada orang Kharismatik yang berkata sebaliknya:
Frederick K. C. Price berkata bahwa Yesus itu kaya pada waktu hidup di dunia. Buktinya Ia sampai membutuhkan bendahara (Yoh 12:6) - 'Christianity in Crisis', p 25, 382.
John Avanzini berkata bahwa Paulus juga kaya. Buktinya seorang pejabat pemerintah sampai menginginkan suap dari dia (Kis 24:26) - 'Christianity in Crisis', p 25, 382.

Tetapi penafsiran-penafsiran tolol semacam ini jelas tidak perlu dipedulikan! Ayat-ayat di atas jelas menunjukkan bahwa Yesus, rasul-rasul, dan banyak jemaat kristen abad pertama adalah orang-orang yang miskin!

Lalu mengapa hanya bagian-bagian Kitab Suci yang menceritakan tentang orang beriman yang kaya saja yang diperhatikan dan disoroti? Mengapa bagian-bagian Kitab Suci yang menceritakan tentang orang beriman yang miskin diabaikan?

Beranikah mereka mengatakan bahwa Yesus dan rasul-rasul dan jemaat gereja abad pertama itu miskin karena mereka kurang beriman dan kurang taat? Untuk Yesusnya mungkin mereka akan berkata bahwa Yesus memang rela menjadi miskin supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya (2Kor 8:9). Tetapi bagai-mana dengan rasul-rasul dan jemaat gereja abad pertama yang miskin?

d) Kitab Suci sering mengajar tentang orang-orang jahat yang kaya dan orang saleh yang miskin.

Contoh:
Maz 73 (bacalah seluruh Maz 73!).
cerita orang kaya dan Lazarus (Luk 16:19-31).
Wah 2:9 menunjukkan bahwa jemaat Smirna yang kaya secara rohani justru miskin secara jasmani, dan sebaliknya, Wah 3:17 menunjukkan bahwa jemaat Laodikia yang miskin secara rohani justru kaya secara jasmani.
Pengkhotbah 8:14 berbunyi:

"Ada suatu kesia-siaan yang terjadi di atas bumi: ada orang-orang benar, yang menerima ganjaran yang la-yak untuk perbuatan orang fasik, dan ada orang-orang fasik yang menerima pahala yang layak untuk perbuatan orang benar".

Ini jelas memungkinkan adanya orang saleh yang miskin dan orang jahat yang kaya!

Mengapa para penganut Theologia Kemakmuran mengabaikan bagian-bagian Kitab Suci seperti ini?

e) Ada banyak ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan sukarnya / beratnya kehidupan orang kristen.

Contoh:
Mat 7:13-14 yang berbunyi:

"Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebar-lah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebi-nasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; ka-rena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapati-nya".
Luk 9:58 dimana Yesus berkata kepada seseorang yang mau mengikut Dia:

"Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya".
Yoh 15:20 dimana Yesus sendiri berkata:

"Seorang hamba tidaklah lebih dari tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan meng-aniaya kamu".
Kis 14:22b dimana Paulus dan Barnabas memperingati orang-orang kristen bahwa "untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara".
Fil 1:29 yang berbunyi:

"Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Ksritus, melainkan juga untuk mende-rita untuk Dia".
2Tim 3:12 yang berbunyi:

"Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya".

Pernahkah para penganut Theologia Kemakmuran itu menyoroti dan merenungkan ayat-ayat ini? Atau apakah mereka sengaja mengabaikan ayat-ayat itu karena tidak sesuai dengan ajaran sesat mereka?

Semua ayat-ayat ini menunjukkan bahwa hidup kristen bukanlah hidup yang enak terus! Sebaliknya, hidup kristen adalah hidup yang penuh dengan penderitaan, kesukaran dan tantangan!

Karena itu ada satu orang yang pernah berkata:

"Allah punya satu anak yang tidak pernah berbuat dosa (yaitu Yesus), tetapi Ia tidak punya anak yang tidak pernah menderita!"

Kalau kita melihat hidup Yesus sendiri, maka kita melihat bahwa hidupNya 'turun' dahulu (menjadi manusia, menderita dan mati, dikuburkan), dan setelah itu baru 'naik' (bangkit dari antara orang mati, naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, dan akan da-tang keduakalinya sebagai Hakim).

Karena itu, kalau kita adalah pengikut Kristus, hidup kita juga akan 'turun' dulu (mengalami banyak penderitaan, kesukaran dan tan-tangan di dunia ini), dan setelah itu baru 'naik' (mengalami ke-muliaan di surga). Bdk. Ro 8:18 2Kor 4:17.

Tetapi, para penganut Theologia Kemakmuran itu mem-by-pass jalan yang menurun itu. Mereka mengajarkan bahwa hidup kristen itu enak dan kaya di dunia, dan juga mulia di surga. Hidup mereka adalah hidup tanpa salib! Tetapi bahwa ini bukanlah hidup Kristen, terlihat dengan jelas dari deretan ayat-ayat di atas!

Kalau memang hidup kristen itu penuh dengan penderitaan dan kesukaran, maka itu berarti bahwa orang kristen bisa saja menjadi miskin, justru karena ia menjadi kristen dan karena ia hidup sesuai dengan firman Tuhan!

f) Kitab Suci mengandung banyak ayat yang memperingatkan kita akan bahaya dari kekayaan / keinginan untuk menjadi kaya, seperti: Ul 6:10-12 Ul 8:10-18 Amsal 23:4-5 Pengkhotbah 5:9-16 Yer 9:23-24 Yeh 7:19 Mat 6:19-24 Mat 13:22 Mat 19:21-24 Luk 6:24 Luk 12:16-21 Luk 21:34-36 1Tim 6:6-10 1Tim 6:17-19 Yak 1:9-11 Yak 5:1-3 dsb.

Untuk bisa mendapatkan gambaran yang jelas tentang kerasnya peringatan Kitab Suci terhadap kekayaan, bacalah semua ayat-ayat tersebut di atas!

Ayat-ayat Kitab Suci ini jelas memberikan gambaran yang sangat berbeda, bahkan bertentangan, dengan ajaran Theologia Kemak-muran! Mengapa mereka tidak pernah menyoroti ayat-ayat ini? Jelas bahwa mereka memang sengaja mengabaikan bagian-bagian Kitab Suci yang tidak sesuai dengan ajaran sesat mereka!

2) Penafsiran mereka melanggar prinsip Hermeneutics (ilmu penafsiran Kitab Suci) yang penting, yang sekalipun sudah saya jelaskan dalam pelajaran Kharismatik 1 di depan, tetapi akan saya ulangi di sini.

Dalam Kitab Suci ada bagian-bagian yang bersifat Descriptive (= bersifat menggambarkan). Bagian seperti ini hanya menggambarkan apa yang betul-betul terjadi pada saat itu, tetapi tidak dimaksudkan untuk dijadikan rumus / norma / pedoman dalam kehidupan kita.

Contoh:
Dalam Mat 14:22-33, diceritakan tentang Yesus dan Petrus yang berjalan di atas air. Ini adalah penggambaran dari sesuatu yang betul-betul terjadi, tetapi cerita ini tentu tidak berarti bahwa setiap orang yang beriman pasti bisa berjalan di atas air!
Dalam Yoh 11 kita melihat Yesus membangkitkan Lazarus. Ini memang betul-betul terjadi, tetapi tentu tidak berarti bahwa setiap orang kristen yang mati akan dibangkitkan kembali setelah 4 hari!
Dalam Kis 5:17-25 dan Kis 12:1-19, rasul-rasul dimasukkan ke penjara, tetapi lalu dibebaskan oleh Tuhan secara mujijat. Ini tentu tidak boleh diartikan bahwa semua orang kristen yang dimasukkan ke penjara demi Tuhan, juga akan dibebaskan secara mujijat! Kenyataannya, banyak orang beriman dimasukkan ke penjara demi Tuhan dan akhirnya mati di bunuh / mati syahid, termasuk Yohanes Pembaptis (Mat 14:1-12), dan rasul Yakobus (Kis 12:1-2), dan rasul-rasul yang lain.

Tetapi dalam Kitab Suci juga ada bagian-bagian yang bersifat Didactic (= bersifat mengajar). Ini adalah bagian-bagian yang betul-betul dimaksudkan untuk mengajar, dan harus dijadikan norma / hukum dalam kehidupan kita.

Contoh:
Yoh 3:16 mengajarkan bahwa setiap orang yang percaya kepada Yesus tidak akan binasa, tetapi akan mendapat hidup yang kekal. Ini adalah hukum / norma yang berlaku untuk setiap orang!
Fil 4:4 dan 1Tes 5:16-18 mengajarkan bahwa orang kristen harus selalu bersukacita, berdoa dan bersyukur kepada Tuhan.

Kalau kita berhadapan dengan bagian yang bersifat Descriptive, tetapi kita memperlakukannya sebagai bagian yang bersifat Didactic, dan menafsirkannya sebagai hukum / norma, maka akan timbul ajaran-ajaran yang salah, seperti:
Orang kristen harus berbahasa roh, karena dalam Kis 2:1-11, rasul-rasul berbahasa roh.
Orang kristen harus sembuh dari penyakit, karena dalam Mat 4:23-24 / Luk 6:17-19 semua orang yang minta kesembuhan, disem-buhkan oleh Tuhan Yesus.

Ajaran Theologia Kemakmuran mendasarkan ajarannya pada bagian-bagian Kitab Suci yang menunjukkan adanya orang-orang beriman yang kaya seperti Salomo, Ayub dsb. Itu berarti bahwa mereka mem-perlakukan bagian-bagian yang bersifat Descriptive sebagai rumus / hukum, dan ini adalah cara penafsiran yang salah!

3) Terhadap ayat-ayat dalam Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa Tuhan akan memberikan berkat jasmani yang berkelimpahan kepada orang yang beriman dan taat kepadaNya / orang yang memberikan persembahan persepuluhan, ada 2 hal yang akan saya berikan seba-gai tanggapan:

a) Perjanjian Lama berbeda dengan Perjanjian Baru dalam persoalan berkat Tuhan!

Dalam Perjanjian Lama memang ada banyak ayat yang menun-jukkan janji berkat jasmani yang berkelimpahan, seperti Im 26:1-13 Ul 28:1-14 Amsal 3:9-10 Maleakhi 3:10-12 dsb.

Tetapi dalam Perjanjian Baru, terlihat bahwa Allah hanya menjanji-kan berkat jasmani secara cukup saja (tidak berkelimpahan). Ini terlihat dari:
Mat 6:25-34.

Bagian ini berbicara tentang makanan, minuman dan pakaian, dan karena itu jelas bahwa bagian ini hanya menekankan kebutuhan-kebutuhan pokok saja, bukan kemewahan!
Doa Bapa Kami, dimana Yesus tidak mengajar supaya kita meminta kekayaan yang berlimpah-limpah, tetapi: "Berikan-lah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya" (Mat 6:11).
1Tim 6:6,8 dimana Rasul Paulus berkata: "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan yang besar ... Asal ada makanan dan pakaian cukuplah".

Hal yang perlu kita tanyakan adalah: mengapa ada perbedaan seperti ini antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? Ada 2 jawaban:
Karena dalam jaman Perjanjian Baru, salib Kristus sudah terjadi, sedangkan dalam Perjanjian Lama belum.

Dalam jaman Perjanjian Baru, karena salib (yang merupakan pernyataan tertinggi dari kasih Allah kepada kita) itu sudah terjadi, maka sekalipun kita tidak kaya, bahkan sekalipun kita miskin, kita tetap bisa memandang ke belakang, kepada salib, dan kita bisa yakin bahwa Allah mengasihi kita.

Tetapi dalam jaman Perjanjian Lama, kalau tidak ada berkat jasmani yang berkelimpahan, agak sukar bagi seseorang untuk bisa percaya bahwa Allah mengasihi dia, karena saat itu salib belum terjadi!

Karena itulah, untuk menunjukkan kasihNya kepada orang-orang beriman dalam Perjanjian Lama, maka pada saat itu Allah lalu memberikan banyak janji berkat jasmani yang berke-limpahan.

Catatan:

Perlu saudara ketahui bahwa ini adalah ajaran dari John Calvin, yang hidup pada abad ke 16, jauh sebelum ajaran Theologia Kemakmuran muncul.
Ayat-ayat yang menunjukkan janji-janji berkat jasmani yang berkelimpahan dalam Perjanjian Lama, merupakan TYPE (ini adalah istilah Hermeneutics / ilmu penafsiran Alkitab) atau bayangan dari janji berkat rohani yang berkelimpahan dalam Perjanjian Baru. Setelah ANTI-TYPEnya (penggenapannya da-lam Perjanjian Baru) datang, maka TYPEnya tidak berlaku lagi!

b) Cara para pengajar Theologia Kemakmuran mengajar jemaatnya untuk memberikan persembahan (baik persembahan persepuluhan maupun persembahan biasa) dengan menggunakan ayat-ayat Perjanjian Lama seperti Maleakhi 3:10-12 dan Amsal 3:9-10 atau-pun ayat Perjanjian Baru seperti 2Kor 9:6, adalah cara yang salah yang tidak bisa dipertanggungjawabkan! Mengapa? Karena de-ngan demikian mereka mengajar jemaat untuk memberikan per-sembahan kepada Tuhan dengan pamrih, karena jemaat memberi dengan tujuan supaya Tuhan membalasnya dengan berkat yang lebih besar! Saya memang percaya bahwa ada pahala untuk setiap ketaatan / persembahan yang kita berikan kepada Tuhan, asalkan kita melakukan / memberikan dengan motivasi yang benar, yaitu dengan hati yang betul-betul mencintai Tuhan dan dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan (Yoh 14:15 1Kor 10:31).

Tetapi ketaatan ataupun persembahan dengan motivasi supaya kita diberkati, jelas merupakan ketaatan yang dilandasi oleh egoisme, dan pada hakekatnya bukanlah merupakan suatu ke-taatan kepada Tuhan!

4) Mat 6:33 Yoh 10:10 2Kor 8:9 2Kor 9:6 mereka tafsirkan tanpa mem-pedulikan kontexnya, sehingga apa yang seharusnya bersifat rohani mereka tafsirkan sebagai hal yang bersifat jasmani.

a) Dalam menafsirkan Mat 6:33, kita harus memperhatikan dan mem-baca kontexnya, yaitu Mat 6:25-34. Maka akan terlihat dengan jelas bahwa bagian itu berbicara tentang kekuatiran terhadap tidak adanya makanan, minuman dan pakaian (kebutuhan-kebutuhan pokok). Karena itu, kata 'semuanya' dalam Mat 6:33 haruslah diartikan 'kebutuhan-kebutuhan pokok', dan bukannya kekayaan yang berlimpah-limpah!

b) Dalam Yoh 10:10, Yesus berkata:

"Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempu-nyainya dalam segala kelimpahan".

Yesus pasti tidak memaksudkan hidup jasmani, tetapi hidup rohani, karena orang-orang yang Ia maksudkan dengan 'mereka', saat itu sedang hidup secara jasmani! Kalau Yesus memaksudkan hidup rohani, maka jelaslah bahwa kelimpahan yang Ia maksudkan, juga adalah kelimpahan rohani!

c) 2Kor 8:9 juga harus kita teliti kontexnya, supaya kita bisa mengerti apakah ayat itu memaksudkan kaya secara jasmani atau secara rohani. Bacalah mulai 2Kor 8:1-9! Maka dalam ay 7 saudara akan melihat bahwa Paulus berkata bahwa sekarang mereka kaya dalam segala sesuatu. Tetapi apa yang ia maksudkan dengan 'segala sesuatu' itu? Baca terus ay 7! Paulus berkata "dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam ke-sungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu kepada kami".

Ini semua jelas menunjuk pada hal rohani, bukan jasmani! Karena itu jelaslah bahwa 'kaya' dalam 2Kor 8:9 tidak menunjuk pada kekayaan jasmani, tetapi pada kekayaan rohani!

d) 2Kor 9:6 juga harus diperhatikan kontexnya.

Apakah 'menuai banyak' dalam 2Kor 9:6 itu harus diartikan berkat jasmani / uang yang banyak? Saya berpendapat bahwa bisa saja orang yang memberi persembahan uang lalu dibalas oleh Allah juga dengan uang. Tetapi tentu saja tidak harus demikian. Ia bisa membalas dengan cara lain. Ini bisa kita lihat dalam 2Kor 9:8 dimana dikatakan:

"Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan".

Jelas ini menunjukkan bahwa orang yang menabur banyak itu memang menuai banyak, tetapi ia menuai bukan berkat jasmani, tetapi berkat rohani!

B) Tentang Argumentasi berdasarkan 'fakta':

1) Jemaat yang bertambah banyak, tidak membuktikan bahwa ajaran mereka benar, ataupun bahwa mereka diberkati oleh Tuhan.

Sebagai contoh, dalam waktu 10 tahun (1942-1952), jumlah orang Saksi Yehovah di Amerika Serikat berkembang 2 x lipat, di Asia 5 x lipat, di Eropa 7 x lipat, dan di Amerika Latin 15 x lipat. Apakah itu membuktikan bahwa ajaran mereka itu benar dan gereja mereka diberkati oleh Tuhan?

Ingatlah bahwa kebenaran bukanlah persoalan demokrasi, dalam arti, yang banyak belum tentu benar! Pada saat Yesus melayani secara jasmani dalam dunia ini, hanya sedikit orang yang sungguh-sungguh percaya dan mengikuti Dia. Apakah ini berarti ajaranNya salah dan pelayananNya tidak diberkati Tuhan?

Ingatlah juga bahwa Tuhan Yesus sendiri sudah menubuatkan bahwa makin mendekati akhir jaman, makin banyak ajaran sesat, dan makin banyak orang yang tersesat (Mat 18:7 Mat 24:5,11).

Juga ingatlah bahwa Paulus juga menubuatkan bahwa akan datang waktunya orang tidak dapat lagi menerima ajaran yang benar dan mereka akan mengumpulkan guru-guru palsu menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Juga bahwa mereka akan menutup telinganya bagi kebenaran dan membukanya bagi dongeng (2Tim 4:3-4). Jadi, kalau banyak orang senang mendengar ajaran Theologia Kemakmuran, itu hanyalah penggenapan dari nubuat ini!

2) Kalau mereka mengatakan bahwa jemaat dalam gereja mereka kaya-kaya, maka ada 2 hal yang perlu dipertanyakan:

a) Benarkah bahwa mereka yang sekarang kaya itu dulunya miskin?

Saya lebih condong untuk percaya bahwa jemaat yang miskin itu hilang, lalu digantikan oleh jemaat yang kaya. Mengapa bisa demi-kian? Karena kalau setiap kali jemaat mendengar bahwa miskin menunjukkan dosa, tidak beriman dsb, maka lama kelamaan pasti jemaat yang miskin akan minggat dari gereja itu, sedangkan jemaat yang kaya akan tetap tinggal, karena senang dibuai oleh segala omong kosong itu (bandingkan dengan 2Tim 4:3-4).

b) Kalau memang benar bahwa mereka yang sekarang kaya itu dulu-nya miskin, maka perlu dipertanyakan lagi:
Dengan cara bagaimana mereka menjadi kaya? Apakah betul-betul dengan cara yang benar / cara yang kristiani, seperti jujur, kasih dsb? Atau dengan 'seadanya cara'? Ada banyak orang yang mendapatkan kekayaan dengan cara duniawi yang kotor tetapi lalu bersaksi bahwa Tuhan memberkatinya dengan keka-yaan!

Ingat bahwa ajaran yang mengatakan bahwa orang kristen harus kaya itu bisa membuat orang berusaha mati-matian untuk menjadi kaya, tanpa mempedulikan caranya halal atau tidak!
Siapa yang memberi kekayaan itu? Tuhan atau setan? Memang agak sukar untuk mengetahui hal ini, tetapi perlu diingat bahwa setanpun bisa memberi kekayaan kepada orang-orang itu, dengan tujuan supaya mereka tetap percaya pada ajaran sesat itu! Dan kalau kekayaan itu didapatkan dengan cara-cara yang kotor, sudah pasti itu bukan berkat Tuhan tetapi berkat setan!

III) KESIMPULAN:

1) Semua ini menunjukkan bahwa sekalipun para penganut Theologia Kemakmuran itu bisa memberikan ayat-ayat Kitab Suci sebagai dasar ajaran mereka, tetapi jelas bahwa ayat-ayat Kitab Suci itu sudah ditafsir-kan secara salah!

Dengan kata lain, kita harus menyimpulkan bahwa ajaran Theologia Kemakmuran itu adalah suatu ajaran sesat yang sama sekali tidak Alkitabiah!

Selain dari itu, ajaran Theologia Kemakmuran ini menyebabkan ajaran Kristen dihina / dipandang rendah oleh orang-orang non Kristen (dinilai sebagai agama yang duniawi)! Dengan demikian, ajaran Theologia Kemakmuran ini menjadi batu sandungan bagi banyak orang!

2) Kalau ajarannya adalah ajaran yang sesat / tidak alkitabiah, maka jelaslah bahwa para pengajar Theologia Kemakmuran itu adalah nabi-nabi palsu!

Karena itu para pengajar Theologia Kemakmuran itu sebaiknya memper-hatikan peringatan Tuhan Yesus dalam Mat 18:7 yang berbunyi:

"Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penye-satan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakan-nya!".

Ada banyak orang yang menanyakan pertanyaan ini: apakah para pengajar Theologia Kemakmuran itu sendiri tahu bahwa ajaran mereka adalah ajaran sesat yang bertentangan / tidak sesuai dengan Kitab Suci?

Dari begitu banyaknya bagian-bagian Kitab Suci yang bertentangan secara sangat jelas dengan ajaran Theologia Kemakmuran, saya yakin bahwa mereka tahu kalau ajaran mereka itu bertentangan / tidak sesuai dengan Kitab Suci.

Kalau demikian, mengapa mereka tetap mengajarkannya? Jelas sekali supaya mereka mendapat untung dan menjadi kaya! Memang, didalam mereka mengajar mereka menekankan keharusan untuk memberikan persembahan sebanyak-banyaknya (baik persembahan persepuluhan maupun persembahan biasa), supaya jemaat diberkati berlimpah-limpah oleh Tuhan. Tetapi apa motivasi mereka yang sebenarnya? Bukankah su-paya mereka sendiri yang menjadi kaya oleh semua persembahan itu? Memang salah satu ciri nabi palsu adalah 'mengajar demi keuntungan diri sendiri' (Yer 8:10 Tit 1:11 2Pet 2:3)!

3) Kitab Suci memang tidak pernah melarang orang kristen untuk kaya (Catatan: saya tidak menganut Theologia Kemelaratan!). Tetapi Kitab Suci tidak mengharuskan orang kristen menjadi kaya!

4) Sekalipun kekayaan itu sendiri bukanlah dosa, tetapi kekayaan itu bisa membahayakan kita, kalau kita tidak bersikap benar terhadap kekayaan.

Karena itu, janganlah menginginkan kekayaan duniawi (Amsal 23:4 Mat 6:19 1Tim 6:9-10); sebaliknya carilah harta yang kekal di surga (Mat 6:20), supaya saudara jangan menjadi seperti orang kaya yang bodoh (Luk 12:16-21).

Karena itu, kalau saudara berdoa dalam persoalan uang, tirulah doa dalam Amsal 30:8-9, yang berbunyi:

"Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkan-lah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkalMu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemar-kan nama Allahku".

Saksi Yehuwa dan Alkitab

Saksi Yehuwa dan Alkitab

Saudara/i ykk,

BILA kita berbicara dengan saudara-saudara Saksi-Saksi Yehuwa (Jehovah’s Witnesses), selain jawaban bahwa mereka juga mengaku sebagai ‘Kristen’, SSY juga mempercayai bahwa Alkitab adalah Firman Allah, dan dijadikan dasar pengajaran SSY. Namun, sekalipun mereka mempercayai Alkitab Kristen sebagai Firman Allah, dan pada awal gerakan mereka SSY juga menggunakan Alkitab Kristen, dapat dilihat bahwa mereka menolak Alkitab terjemahan Kristen karena dianggap sudah salah terjemahannya. Adanya keyakinan yang ambivalen demikian, SSY menerbitkan sendiri Alkitab versi SSY yang dinamakan The New World Translation of the Holy Scripture (NW) atau Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru (KS-TDB)

KITAB SUCI FIRMAN ALLAH ATAU AJARAN MANUSIA?

Memang SSY menjadikan Kitab Suci (NW/TDB) menjadi buku utama (lihat a.l. terbitan SSY, 'ALKITAB, Firman dari Allah atau dari Manusia?', 1990), namun kita akan melihat bahwa sebenarnya yang dimaksudkan dengan 'Kitab Suci' (NW/TDB) itu pada hakekatnya bukanlah terjemahan dari naskah asli seperti yang dimiliki gereja Kristen namun sarat mengandung ajaran Watchtower dan 'Studies in the Sciptures' karya Russel dan Rutherford yang sudah dikemas dalam referensi maupun apendiks Kitab Suci tersebut di samping otoritas buku-buku pengajaran yang mereka terbitkan, bahkan lebih dari itu teks Alkitab itu sendiri sudah mengalami isi pengajaran/doktrin SSY.

Dari sumber SSY sendiri kita dapat melihat beberapa fakta seperti berikut (lihat buku terbitan SSY berjudul 'Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat', 1991 yang diterbitkan oleh Watch-tower Bible & Tract Society, organ penerbitan resmi SSY).

"Pada mulanya Alkitab dibeli dari lembaga-lembaga Alkitab lainnya untuk disiarkan lagi oleh Saksi-Saksi Yehuwa ... King James Version digunakan sebagai salinan dasar bagi pengajaran Alkitab mereka” (Segenap, h.321)


Dari kutipan ini kita mengerti bahwa memang pada awalnya SSY menggunakan Alkitab Kristen yang umum, namun perkembangan pemikiran dan keyakinan pendirinya yaitu Charles Taze Russel, menyebabkan banyak bagian Alkitab Kristen tidak dipercaya.


"Saksi-Saksi Yehuwa mengakui bahwa mereka berhutang budi kepada semua terjemahan Alkitab yang begitu banyak yang telah mereka gunakan dalam mempelajari kebenaran dari Firman Allah. Namun, semua terjemahan ini, bahkan yang paling akhir, mempunyai kekurangan-kekurangan. Ada ungkapan-ungkapan yang tidak konsisten atau tidak memuaskan, yang dicemari dengan tradisi-tradisi sekte atau filsafat-filsafat dunia dan karena itu tidak selaras benar dengan kebenaran-kebenaran suci yang telah Yehuwa catat dalam firman-Nya.” (Segenap, h.324)


Keragu-raguan atas Alkitab berdasar percaya diri yang berlebihan ini menyebabkan SSY merasa perlu untuk membuat sistem referensi dan apendiks yang berisi pengajaran yang telah dikembangkan, jadi Alkitab sekalipun merupakan terjemahan Kristen namun sudah dilengkapi dengan referensid an apendiks berisi pengajaran sebagai penuntun penyelidikan Alkitab. Buku pengarahan terutama diambil dari tulisan Russel berjudul ‘Studies in the Scripture’ (6 jilid, jilid ke-7 dilanjuutkan penerusnya, Rutherford). Pentingnya buku ini dapat dilihat dari berita majalah resmi Watchtower sebagai berikut:


"Orang yang hanya membaca kitab-kitab 'Penyelidikan Alkitab' dan tidak membaca satu halaman pun dari Alkitab sendiri akan tetap hidup dalam Terang selama 2 tahun, tetapi orang yang membaca kitab-kitab 'Penyelidikan Alkitab' selama 10 tahun dan mengira bahwa ia sekarang dapat membaca Alkitab tanpa buku 'Penyelidikan Alkitab', akan hidup dalam kegelapan sesudah 2 tahun." (Watchtower, 15 September 1910).

Pergeseran otoritas Alkitab kepada otoritas tulisan manusia telah terjadi dan kemudian terjadi pergeseran lebih lanjut.

“Pada tahun 1907 Lembaga Menara Pengawal menerbitkan Alkitab "Edisi Siswa-Siswa Alkitab." Buku ini berisi Alkitab King James Version dengan cetakan yang jelas dan memuat catatan pinggir yang baik sekali, serta apendiks berharga yang disusun oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Apendiks itu, yang kemudian diperluas menjadi lebih dari 550 halaman, disebut "Pedoman Guru Alkitab Berea," dan juga diterbitkan dalam bentuk buku yang terpisah. Ini berisi ke-terangan singkat mengenai banyak ayat Alkitab, dengan menunjuk kepada majalah Watchtower dan buku-buku pelajaran dari Lembaga, dan ringkasan topik-topik yang bersifat doktrin dengan ayat-ayat kunci untuk memudahkan penyampaiannya kepada orang lain.” (Segenap, h.323).


Keragu-raguan itu kemudian berkembang dengan berpaling kepada bentuk penerjemahan ‘kata-per-kata’ (linear) yaitu menerjemahkan setiap kata bahasa asli Alkitab dengan bahasa Inggeris di bawahnya, kemudian menyatukan terjemahan kata-per-kata itu hing-ga merupakan kalimat baru yang disesuaikan dengan pengajaran/ doktrin yang dikembangkan oleh para petinggi SSY.

HOLMAR LINEAR DAN THE EMPHATIC DIAGLOTT

Proses dimulainya pergeseran lebih lanjut dari terjemahan Alkitab Kristen adalah sebagai berikut:


“Pada tahun 1901 pengaturan dibuat untuk mencetak secara khusus Holmar Linear Bible, yang memuat catatan pinggir yang merupakan penjelasan dari publikasi-publikasi Lembaga Menara Pengawal dari tahun 1895 sampai tahun 1901. ... Pada tahun 1902 Lembaga Menara Pengawal menjadi pemilik hak cipta, penerbit tunggal, dan penyalur The Emphatic Diaglott. ... pada bulan Desember 1926, Alkitab The Emphatic Diaglott menjadi terjemahan Alkitab pertama yang dicetak oleh mesin cetak Lembaga sendiri di Brooklyn, New York." (Segenap, h.323)


The Emphatic Diaglott adalah karya Benyamin Wilson tokoh Christadelphian yang mempercayai ajaran yang kemudian mempengaruhi keyakinan Charles Taze Russel. Christadelphian dirintis John Thomas dari Inggeris yang berimigrasi ke Amerika pada tahun 1832. Aliran Christadelphian:


“tidak mengakui ajaran Tritunggal, yang ada hanya satu Allah saja. Yesus dipercaya bukan sebagai Anak Allah, tetapi sebagai manifestasi Roh Allah dalam diri manusia. Kristus baru ada setelah Yesus lahir, dan Yesus tidak dipercaya sebagai Tuhan. Roh Kudus hanya dipercaya sebagai alat kuasa yang keluar dari Allah Bapa. Iblis tidak berpribadi; ia hanya dianggap sebagai personifikasi dosa kedagingan. Kematian Yesus hanya merupakan ekspresi kasih Allah yang perlu dalam penebusan dosa; penebusan Yesus untuk menebus dosa manusia tidak dipercaya.” (lihat Dictionary of the Christian Church dibawah kata ‘Christadelphian).


Pergeseran dari terjemahan Alkitab yang tidak mengikuti kaidah bahasa terjadi dengan diterimanya terjemahan kata-per-kata Holmar Linear Bible dan The Emphatic Diaglott, maka langkah menuju Alkitab SSY yang memasukkan ajaran mereka sudah terbuka dan siap berkembang lebih lanjut.

THE NEW WORLD TRANSLATION


Setelah bergeser dari terjemahan tradisional atas Alkitab Kristen dilengkapi buku Penyelidikan Alkitab yang kemudian ajaran-ajarannya dimasukkan sebagai bagian teks, referensi dan apendiks, maka lengkaplah persiapan untuk membuat suatu versi Alkitab SSY yang mencakup semua usaha-usaha pergeseran yang telah dilakukan dengan diterbitkannya Kitab Suci ‘The New World Translation of the Holy Scriptures’ (NW).

“Pada ... 1950 ... Saksi-Saksi Yehuwa dengan sukacita menyambut diperkenalkannya New World Translation of the Christian Greek Scriptures. ... Panitia itu kemudian mulai melaksanakan pekerjaan besar yaitu menerjemahkan Kitab-Kitab Ibrani. Terjemahan ini muncul dalam lima jilid tambahan, diedarkan berurutan dari tahun 1953-1960. ... Suatu sistem referensi yang berantai juga terdapat di dalamnya. Rantai kata-kata doktrin yang penting ini dirancang untuk mengarahkan siswa kepada serangkaian ayat kunci mengenai pokok-pokok ini. ... Dalam musim panas tahun 1961 ... New World Translation of the Holy Scripture yang lengkap dalam satu jilid ringkas diperkenalkan untuk di-siarkan." (Segenap, h.324-325).

The New World Translation of the Holy Scriptures yang lengkap (PL+PB) diterbitkan tahun 1961 adalah revisi pertama dari edisi sebelumnya dan setelah direvisi keduakali pada tahun 1970, direvisi kembali pada tahun 1971, dan akhirnya direvisi secara menyeluruh menjadi edisi yang diterbitkan pada tahun 1984.

“Edisi yang baru ini bukan sekedar perhatian dari hasil terjemahan yang telah direvisi sebelumnya, tetapi telah diperluas sehingga mencakup penyesuaian dan revisi menyeluruh terhadap referensi pinggir (silang) yang sebelumnya telah disajikan dalam bahasa Inggeris pada tahun 1950 sampai 1960.” (KS-TDB,1999,h.5)

Dari sejarah ini kita melihat bahwa memang semula SSY menggunakan Alkitab Kristen (versi KJV) sebagai yang utama (dengan Yoh.1:1 menyebut 'The Word was God'), namun perkembangan keyakinan C.T. Russel yang dituliskan dalam 'Studies in the Scriptures' (Penyelidikan Alkitab) kemudian menjadi dasar yang utama sehingga dijadikan tambahan-tambahan yang dimasukkan ke dalam Alkitab dalam teks, catatan-catatan pinggir dan apendiks. Ini kemudian berujung dengan diterbitkan Kitab Suci versi SSY yang sudah mengandung ajaran SSY dengan referensi dan apendiks (dengan Yoh.1:1 menyebut 'The Word was a god'). Dalam edisi 1984 NW, ada lebih dari 125.000 referensi silang.

Kitab PB Terjemahan Dunia Baru dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dari ‘The New World Translation of Christian Greek Scriptures’ yaitu terjemahan bahasa Inggeris yang sudah diolah dan mengandung ajaran SSY. Terjemahan ini disebut ‘Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru’ terbit tahun 1994. Versi lengkap NW (PL+PB) dalam bahasa Inggeris The New World Translation of the Holy Scriptures (1984) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan pada tahun 1999 dengan nama Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru (KS-TDB). Jadi tidak langsung diterjemahkan dari naskah dalam bahasa aslinya seperti yang terjadi dalam terjemahan Alkitab Kristen ke dalam semua bahasa.

EXEGESE ATAU EISEGESE?

Jadi, semula SY menggali ajaran langsung dari Alkitab (exegese) namun perkembangan pemikiran tokoh-tokohnya (Studies in the Scripture, majalah Watch-tower dll.) kemudian menolak banyak ajaran Alkitab dan setelah mendapat pembenaran dari terjemahan kata-per-kata (Holmar Linear, dan Emphatic Diaglott yang digunakan aliran Christadelphian, menerbitkan ajaran sendiri yang dimasukkan dalam catatan pinggir dan appendiks. Proses berlanjut dan kemudian ajaran-ajaran itu dimasukkan juga ke dalam proses terjemahan teks Alkitab (eisegese).

Jadi, Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru bukan lagi merupakan terjemahan melainkan merupakan penafsiran (paraphrase) yang mengacu pada dasar pengajaran/doktrin SSY, bahkan setiap pembaca dituntun sedemikian rupa untuk mengerti Alkitab TDB (NW) ini melalui suatu 'sistem referensi' dan 'appendiks' yang mengajarkan doktrin SY di samping terbitan Watchtower lainnya yang menjadi buku pegangan.

Maka dapatlah dimengerti hasilnya adalah a.l. ayat-ayat seperti Yohanes 1:1 (Firman adalah 'suatu' allah), 'Tuhan' yang bila dikaitkan dengan Yesus dalam kemanusiaanya diterjemahkan 'Tuan', dan ungkapan banyak doktrin SY sendiri terutama untuk menyangkal ke'Allah'an Yesus, sesuatu yang selalu dikritik SY telah terjadi dalam proses penerjemahan Alkitab Kristen.

Istilah Kurios sekalipun bisa berarti ‘Tuan/tuan’ namun dalam pengertian bahasa Yunani yang mengacu pada Septuaginta artinya pada umumnya adalah ‘Tuhan’, karena itu cara KS-TDB versi SSY yang menerjemahkan secara pukul rata semua kata Kurios yang berkaitan dengan Yesus sebagai ‘Tuan/tuan’ adalah usaha memaksakan ajaran SSY dalam proses penerjemahan.

Sebagai contoh ucapan Thomas: “Tuhanku (kurios) dan Allahku (theos)” (Yoh.20:28, LAI-TB) diterjemahkan menjadi “Tuanku dan Allahku” (KS-TDB), padahal ucapan itu merupakan rumus iman yang mengacu pada ayat yang berbunyi: “Allahku (elohim) dan Tuhanku (adonai) ... ya TUHAN (yahweh) Allahku (elohim)” (Maz.35:23-24, LAI-TB) yang berarti sebutan Tuhan yang ditujukan kepada Yahweh. Ini oleh SSY diterjemahkan “Allahku, Yehuwa ... Yehuwa, Allahku” (KS-TDB).

Contoh ini menunjukkan dengan jelas bahwa ‘kurios’ (dalam PB) yang ditujukan Yesus dalam konteks kitab Mazmur ditujukan kepada Yahweh, namun selalu diterjemahkan oleh SSY menjadi Tuan/tuan, dan kalau itu dianggap ditujukan kepada Yahweh (PL) diterjemahkan ‘Yehuwa’ sekalipun bahasa aslinya menyebut ‘Tuhan’ (adonai) bukan nama diri ‘Yehuwa.’

Contoh lain adalah seruan Stefanus yang ditujukan kepada Tuhan Yesus yang dilihatnya di sorga yang berbunyi: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku ... Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” (Kis.7:59-60, LAI-TB). Ini diterjemahkan oleh SSY sebagai: “Tuan Yesus, terimalah rohku ... Yehuwa, jangan perhitungkan dosa ini atas mereka.” (KS-YDB)

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa kedua istilah ‘Kurios’ yang diucapkan oleh Stefanus itu ditujukan kepada Yesus sebagai ‘Tuhan’, namun oleh SSY, ayat pertama dianggap ditujukan kepada Yesus jadi diterjemahkan ‘Tuan’, sedangkan ayat kedua dianggap ditujukan kepada Yehuwa sehingga diterjemahkan dengan Yehuwa. Dua kesalahan terjadi di sini, yaitu bahwa sebutan ‘Tuhan’ yang ditujukan kepada Yesus pada ayat kedua dianggap ditujukan kepada Yehuwa dan istilah sebutan ‘Tuhan’ diganti dengan nama diri ‘Yehuwa.’ Dalam pengertian Alkitab, tidak seorangpun pernah melihat ‘Allah Bapa’ dan ungkapan ‘duduk di sebelah Allah Bapa’ jangan diartikan seakan-akan Yesus duduk berdua dengan Allah Bapa di sebelah kiriNya dan seseorang bisa berbicara kepada keduanya dengan menggunakan nama yang sama, melainkan suatu ungkapan lambang mengenai tempat yang terhormat.

Kedua contoh itu menunjukkan bahwa sekalipun SSY menjadikan Kitab Suci (TDB/NW) sebagai yang utama, Kitab Suci itu dalam kenyataannya adalah pelajaran doktrin SSY yang banyak isinya sudah direkayasa sedemikian rupa dan disesuaikan pengajaran SSY sehingga isinya menjadi berbeda dengan naskah aslinya yang digunakan sebagai dasar penerjemahan Alkitab Kristen.

KITAB SUCI TDB TIDAK SAMA DENGAN ALKITAB KRISTEN

Bila kita berjumpa dengan SSY, sebagai jalan pembuka, mereka biasa mengatakan bahwa Alkitab Kristen (LAI) sama dengan Alkitab SSY (NW/TDB), kecuali 7000 kata 'Yehuwa' yang telah dipulihkan sesuai naskah aslinya dalam bahasa asli Alkitab. Dari pembahasan di tas kita melihat bahwa Alkitab Kristen (LAI) tidak sama dengan Alkitab SSY (TDB/NW). Yang pertama (LAI) berusaha mencari terjemahan teks bahasa asli yang paling tepat, dan Alkitab terbuka untuk dipelajari oleh setiap umat Kristen secara langsung (exegese). Yang kedua sudah mengandung 'doktrin' SSY, baik melalui sistem terjemahan kata-per-kata maupun melalui sistem referensi dan apendiks (eisegese).

Beberapa contoh nyata kenyataan adanya proses ‘eisegese’ (memasukkan pengajaran dalam proses penerjemahan) dapat dilihat pada fakta-fakta berikut:

(1) Penggunaan nama Yehuwa (bhs. Ibrani) ke dalam Perjanjian Baru yang naskah aslinya dalam bahasa Yunani;

(2) Terjemahan Yoh.1:1 mengeai perubahan ‘Firman itu adalah Allah’ menjadi ‘Firman itu adalah suatu Allah’ yang tidak sesuai kaidah bahasa;

(3) Pengubahan terjemahan ‘Tuhan’ sebagai sebutan untuk Yesus dengan istilah ‘Tuan’ yang lebih lemah;

(4) Banyak contoh ayat yang telah diubah maknanya melalui terjemahan kata-per-kata;

(5) Terjemahan Dunia Baru bahasa Indonesia bukan terjemahan naskah asli bahasa Ibrani & Yunani, tapi terjemahan dari bahasa Inggeris NW.

Berbeda dengan Kitab Suci SSY yang diatur oleh kantor pusat di Brooklyn, New York, Alkitab Kristen terus terbuka terhadap penerjemahan teks bahasa asli yang paling tepat dan umat didorong membaca dan menggali sendiri pengertian ajaran langsung dari Alkitab itu. Teks Terjemahan Baru dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI-TB) diterima oleh Konperensi Waligereja Indonesia (Katolik), demikian juga aliran Baptis, Advent, Pentakosta, Kristen Protestan, semua menggunakan Alkitab yang sama. Adanya ayat-ayat pada catatan-kaki dalam Alkitab LAI bukanlah referensi untuk mengarahkan kepada ajaran tertentu, tetapi hanya menunjukkan adanya ayat-ayat paralel di bagian lain.

Perlu disadari bahwa Lembaga Alkitab Indonesia adalah anggota Lembaga Alkitab Sedunia yang memiliki ahli-ahli teologia, bahasa, antropologi dll. yang menjadi anggota tim penerjemah. Mereka diutus oleh banyak aliran gereja Kristen. Sekalipun demikian, setiap Lembaga Alkitab Nasional dalam menerjemahkan Alkitab ke bahasa setempat menggunakan naskah asli bahasa Ibrani (PL) dan Yunani (PB). Karena itu adalah tidak pantas kalau penerjemahan yang dilakukan kelompok sekte yang otoriter yang faktanya bukan terjemahan sesuai kaidah bahasa dijadikan pengukur kebenaran terjemahan yang mengacu pada naskah aslinya.

Saksi Yehuwa dan Alkitab

Saksi Yehuwa dan Alkitab

Saudara/i ykk,

BILA kita berbicara dengan saudara-saudara Saksi-Saksi Yehuwa (Jehovah’s Witnesses), selain jawaban bahwa mereka juga mengaku sebagai ‘Kristen’, SSY juga mempercayai bahwa Alkitab adalah Firman Allah, dan dijadikan dasar pengajaran SSY. Namun, sekalipun mereka mempercayai Alkitab Kristen sebagai Firman Allah, dan pada awal gerakan mereka SSY juga menggunakan Alkitab Kristen, dapat dilihat bahwa mereka menolak Alkitab terjemahan Kristen karena dianggap sudah salah terjemahannya. Adanya keyakinan yang ambivalen demikian, SSY menerbitkan sendiri Alkitab versi SSY yang dinamakan The New World Translation of the Holy Scripture (NW) atau Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru (KS-TDB)

KITAB SUCI FIRMAN ALLAH ATAU AJARAN MANUSIA?

Memang SSY menjadikan Kitab Suci (NW/TDB) menjadi buku utama (lihat a.l. terbitan SSY, 'ALKITAB, Firman dari Allah atau dari Manusia?', 1990), namun kita akan melihat bahwa sebenarnya yang dimaksudkan dengan 'Kitab Suci' (NW/TDB) itu pada hakekatnya bukanlah terjemahan dari naskah asli seperti yang dimiliki gereja Kristen namun sarat mengandung ajaran Watchtower dan 'Studies in the Sciptures' karya Russel dan Rutherford yang sudah dikemas dalam referensi maupun apendiks Kitab Suci tersebut di samping otoritas buku-buku pengajaran yang mereka terbitkan, bahkan lebih dari itu teks Alkitab itu sendiri sudah mengalami isi pengajaran/doktrin SSY.

Dari sumber SSY sendiri kita dapat melihat beberapa fakta seperti berikut (lihat buku terbitan SSY berjudul 'Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat', 1991 yang diterbitkan oleh Watch-tower Bible & Tract Society, organ penerbitan resmi SSY).

"Pada mulanya Alkitab dibeli dari lembaga-lembaga Alkitab lainnya untuk disiarkan lagi oleh Saksi-Saksi Yehuwa ... King James Version digunakan sebagai salinan dasar bagi pengajaran Alkitab mereka” (Segenap, h.321)


Dari kutipan ini kita mengerti bahwa memang pada awalnya SSY menggunakan Alkitab Kristen yang umum, namun perkembangan pemikiran dan keyakinan pendirinya yaitu Charles Taze Russel, menyebabkan banyak bagian Alkitab Kristen tidak dipercaya.


"Saksi-Saksi Yehuwa mengakui bahwa mereka berhutang budi kepada semua terjemahan Alkitab yang begitu banyak yang telah mereka gunakan dalam mempelajari kebenaran dari Firman Allah. Namun, semua terjemahan ini, bahkan yang paling akhir, mempunyai kekurangan-kekurangan. Ada ungkapan-ungkapan yang tidak konsisten atau tidak memuaskan, yang dicemari dengan tradisi-tradisi sekte atau filsafat-filsafat dunia dan karena itu tidak selaras benar dengan kebenaran-kebenaran suci yang telah Yehuwa catat dalam firman-Nya.” (Segenap, h.324)


Keragu-raguan atas Alkitab berdasar percaya diri yang berlebihan ini menyebabkan SSY merasa perlu untuk membuat sistem referensi dan apendiks yang berisi pengajaran yang telah dikembangkan, jadi Alkitab sekalipun merupakan terjemahan Kristen namun sudah dilengkapi dengan referensid an apendiks berisi pengajaran sebagai penuntun penyelidikan Alkitab. Buku pengarahan terutama diambil dari tulisan Russel berjudul ‘Studies in the Scripture’ (6 jilid, jilid ke-7 dilanjuutkan penerusnya, Rutherford). Pentingnya buku ini dapat dilihat dari berita majalah resmi Watchtower sebagai berikut:


"Orang yang hanya membaca kitab-kitab 'Penyelidikan Alkitab' dan tidak membaca satu halaman pun dari Alkitab sendiri akan tetap hidup dalam Terang selama 2 tahun, tetapi orang yang membaca kitab-kitab 'Penyelidikan Alkitab' selama 10 tahun dan mengira bahwa ia sekarang dapat membaca Alkitab tanpa buku 'Penyelidikan Alkitab', akan hidup dalam kegelapan sesudah 2 tahun." (Watchtower, 15 September 1910).

Pergeseran otoritas Alkitab kepada otoritas tulisan manusia telah terjadi dan kemudian terjadi pergeseran lebih lanjut.

“Pada tahun 1907 Lembaga Menara Pengawal menerbitkan Alkitab "Edisi Siswa-Siswa Alkitab." Buku ini berisi Alkitab King James Version dengan cetakan yang jelas dan memuat catatan pinggir yang baik sekali, serta apendiks berharga yang disusun oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Apendiks itu, yang kemudian diperluas menjadi lebih dari 550 halaman, disebut "Pedoman Guru Alkitab Berea," dan juga diterbitkan dalam bentuk buku yang terpisah. Ini berisi ke-terangan singkat mengenai banyak ayat Alkitab, dengan menunjuk kepada majalah Watchtower dan buku-buku pelajaran dari Lembaga, dan ringkasan topik-topik yang bersifat doktrin dengan ayat-ayat kunci untuk memudahkan penyampaiannya kepada orang lain.” (Segenap, h.323).


Keragu-raguan itu kemudian berkembang dengan berpaling kepada bentuk penerjemahan ‘kata-per-kata’ (linear) yaitu menerjemahkan setiap kata bahasa asli Alkitab dengan bahasa Inggeris di bawahnya, kemudian menyatukan terjemahan kata-per-kata itu hing-ga merupakan kalimat baru yang disesuaikan dengan pengajaran/ doktrin yang dikembangkan oleh para petinggi SSY.

HOLMAR LINEAR DAN THE EMPHATIC DIAGLOTT

Proses dimulainya pergeseran lebih lanjut dari terjemahan Alkitab Kristen adalah sebagai berikut:


“Pada tahun 1901 pengaturan dibuat untuk mencetak secara khusus Holmar Linear Bible, yang memuat catatan pinggir yang merupakan penjelasan dari publikasi-publikasi Lembaga Menara Pengawal dari tahun 1895 sampai tahun 1901. ... Pada tahun 1902 Lembaga Menara Pengawal menjadi pemilik hak cipta, penerbit tunggal, dan penyalur The Emphatic Diaglott. ... pada bulan Desember 1926, Alkitab The Emphatic Diaglott menjadi terjemahan Alkitab pertama yang dicetak oleh mesin cetak Lembaga sendiri di Brooklyn, New York." (Segenap, h.323)


The Emphatic Diaglott adalah karya Benyamin Wilson tokoh Christadelphian yang mempercayai ajaran yang kemudian mempengaruhi keyakinan Charles Taze Russel. Christadelphian dirintis John Thomas dari Inggeris yang berimigrasi ke Amerika pada tahun 1832. Aliran Christadelphian:


“tidak mengakui ajaran Tritunggal, yang ada hanya satu Allah saja. Yesus dipercaya bukan sebagai Anak Allah, tetapi sebagai manifestasi Roh Allah dalam diri manusia. Kristus baru ada setelah Yesus lahir, dan Yesus tidak dipercaya sebagai Tuhan. Roh Kudus hanya dipercaya sebagai alat kuasa yang keluar dari Allah Bapa. Iblis tidak berpribadi; ia hanya dianggap sebagai personifikasi dosa kedagingan. Kematian Yesus hanya merupakan ekspresi kasih Allah yang perlu dalam penebusan dosa; penebusan Yesus untuk menebus dosa manusia tidak dipercaya.” (lihat Dictionary of the Christian Church dibawah kata ‘Christadelphian).


Pergeseran dari terjemahan Alkitab yang tidak mengikuti kaidah bahasa terjadi dengan diterimanya terjemahan kata-per-kata Holmar Linear Bible dan The Emphatic Diaglott, maka langkah menuju Alkitab SSY yang memasukkan ajaran mereka sudah terbuka dan siap berkembang lebih lanjut.

THE NEW WORLD TRANSLATION


Setelah bergeser dari terjemahan tradisional atas Alkitab Kristen dilengkapi buku Penyelidikan Alkitab yang kemudian ajaran-ajarannya dimasukkan sebagai bagian teks, referensi dan apendiks, maka lengkaplah persiapan untuk membuat suatu versi Alkitab SSY yang mencakup semua usaha-usaha pergeseran yang telah dilakukan dengan diterbitkannya Kitab Suci ‘The New World Translation of the Holy Scriptures’ (NW).

“Pada ... 1950 ... Saksi-Saksi Yehuwa dengan sukacita menyambut diperkenalkannya New World Translation of the Christian Greek Scriptures. ... Panitia itu kemudian mulai melaksanakan pekerjaan besar yaitu menerjemahkan Kitab-Kitab Ibrani. Terjemahan ini muncul dalam lima jilid tambahan, diedarkan berurutan dari tahun 1953-1960. ... Suatu sistem referensi yang berantai juga terdapat di dalamnya. Rantai kata-kata doktrin yang penting ini dirancang untuk mengarahkan siswa kepada serangkaian ayat kunci mengenai pokok-pokok ini. ... Dalam musim panas tahun 1961 ... New World Translation of the Holy Scripture yang lengkap dalam satu jilid ringkas diperkenalkan untuk di-siarkan." (Segenap, h.324-325).

The New World Translation of the Holy Scriptures yang lengkap (PL+PB) diterbitkan tahun 1961 adalah revisi pertama dari edisi sebelumnya dan setelah direvisi keduakali pada tahun 1970, direvisi kembali pada tahun 1971, dan akhirnya direvisi secara menyeluruh menjadi edisi yang diterbitkan pada tahun 1984.

“Edisi yang baru ini bukan sekedar perhatian dari hasil terjemahan yang telah direvisi sebelumnya, tetapi telah diperluas sehingga mencakup penyesuaian dan revisi menyeluruh terhadap referensi pinggir (silang) yang sebelumnya telah disajikan dalam bahasa Inggeris pada tahun 1950 sampai 1960.” (KS-TDB,1999,h.5)

Dari sejarah ini kita melihat bahwa memang semula SSY menggunakan Alkitab Kristen (versi KJV) sebagai yang utama (dengan Yoh.1:1 menyebut 'The Word was God'), namun perkembangan keyakinan C.T. Russel yang dituliskan dalam 'Studies in the Scriptures' (Penyelidikan Alkitab) kemudian menjadi dasar yang utama sehingga dijadikan tambahan-tambahan yang dimasukkan ke dalam Alkitab dalam teks, catatan-catatan pinggir dan apendiks. Ini kemudian berujung dengan diterbitkan Kitab Suci versi SSY yang sudah mengandung ajaran SSY dengan referensi dan apendiks (dengan Yoh.1:1 menyebut 'The Word was a god'). Dalam edisi 1984 NW, ada lebih dari 125.000 referensi silang.

Kitab PB Terjemahan Dunia Baru dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dari ‘The New World Translation of Christian Greek Scriptures’ yaitu terjemahan bahasa Inggeris yang sudah diolah dan mengandung ajaran SSY. Terjemahan ini disebut ‘Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru’ terbit tahun 1994. Versi lengkap NW (PL+PB) dalam bahasa Inggeris The New World Translation of the Holy Scriptures (1984) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan pada tahun 1999 dengan nama Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru (KS-TDB). Jadi tidak langsung diterjemahkan dari naskah dalam bahasa aslinya seperti yang terjadi dalam terjemahan Alkitab Kristen ke dalam semua bahasa.

EXEGESE ATAU EISEGESE?

Jadi, semula SY menggali ajaran langsung dari Alkitab (exegese) namun perkembangan pemikiran tokoh-tokohnya (Studies in the Scripture, majalah Watch-tower dll.) kemudian menolak banyak ajaran Alkitab dan setelah mendapat pembenaran dari terjemahan kata-per-kata (Holmar Linear, dan Emphatic Diaglott yang digunakan aliran Christadelphian, menerbitkan ajaran sendiri yang dimasukkan dalam catatan pinggir dan appendiks. Proses berlanjut dan kemudian ajaran-ajaran itu dimasukkan juga ke dalam proses terjemahan teks Alkitab (eisegese).

Jadi, Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru bukan lagi merupakan terjemahan melainkan merupakan penafsiran (paraphrase) yang mengacu pada dasar pengajaran/doktrin SSY, bahkan setiap pembaca dituntun sedemikian rupa untuk mengerti Alkitab TDB (NW) ini melalui suatu 'sistem referensi' dan 'appendiks' yang mengajarkan doktrin SY di samping terbitan Watchtower lainnya yang menjadi buku pegangan.

Maka dapatlah dimengerti hasilnya adalah a.l. ayat-ayat seperti Yohanes 1:1 (Firman adalah 'suatu' allah), 'Tuhan' yang bila dikaitkan dengan Yesus dalam kemanusiaanya diterjemahkan 'Tuan', dan ungkapan banyak doktrin SY sendiri terutama untuk menyangkal ke'Allah'an Yesus, sesuatu yang selalu dikritik SY telah terjadi dalam proses penerjemahan Alkitab Kristen.

Istilah Kurios sekalipun bisa berarti ‘Tuan/tuan’ namun dalam pengertian bahasa Yunani yang mengacu pada Septuaginta artinya pada umumnya adalah ‘Tuhan’, karena itu cara KS-TDB versi SSY yang menerjemahkan secara pukul rata semua kata Kurios yang berkaitan dengan Yesus sebagai ‘Tuan/tuan’ adalah usaha memaksakan ajaran SSY dalam proses penerjemahan.

Sebagai contoh ucapan Thomas: “Tuhanku (kurios) dan Allahku (theos)” (Yoh.20:28, LAI-TB) diterjemahkan menjadi “Tuanku dan Allahku” (KS-TDB), padahal ucapan itu merupakan rumus iman yang mengacu pada ayat yang berbunyi: “Allahku (elohim) dan Tuhanku (adonai) ... ya TUHAN (yahweh) Allahku (elohim)” (Maz.35:23-24, LAI-TB) yang berarti sebutan Tuhan yang ditujukan kepada Yahweh. Ini oleh SSY diterjemahkan “Allahku, Yehuwa ... Yehuwa, Allahku” (KS-TDB).

Contoh ini menunjukkan dengan jelas bahwa ‘kurios’ (dalam PB) yang ditujukan Yesus dalam konteks kitab Mazmur ditujukan kepada Yahweh, namun selalu diterjemahkan oleh SSY menjadi Tuan/tuan, dan kalau itu dianggap ditujukan kepada Yahweh (PL) diterjemahkan ‘Yehuwa’ sekalipun bahasa aslinya menyebut ‘Tuhan’ (adonai) bukan nama diri ‘Yehuwa.’

Contoh lain adalah seruan Stefanus yang ditujukan kepada Tuhan Yesus yang dilihatnya di sorga yang berbunyi: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku ... Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” (Kis.7:59-60, LAI-TB). Ini diterjemahkan oleh SSY sebagai: “Tuan Yesus, terimalah rohku ... Yehuwa, jangan perhitungkan dosa ini atas mereka.” (KS-YDB)

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa kedua istilah ‘Kurios’ yang diucapkan oleh Stefanus itu ditujukan kepada Yesus sebagai ‘Tuhan’, namun oleh SSY, ayat pertama dianggap ditujukan kepada Yesus jadi diterjemahkan ‘Tuan’, sedangkan ayat kedua dianggap ditujukan kepada Yehuwa sehingga diterjemahkan dengan Yehuwa. Dua kesalahan terjadi di sini, yaitu bahwa sebutan ‘Tuhan’ yang ditujukan kepada Yesus pada ayat kedua dianggap ditujukan kepada Yehuwa dan istilah sebutan ‘Tuhan’ diganti dengan nama diri ‘Yehuwa.’ Dalam pengertian Alkitab, tidak seorangpun pernah melihat ‘Allah Bapa’ dan ungkapan ‘duduk di sebelah Allah Bapa’ jangan diartikan seakan-akan Yesus duduk berdua dengan Allah Bapa di sebelah kiriNya dan seseorang bisa berbicara kepada keduanya dengan menggunakan nama yang sama, melainkan suatu ungkapan lambang mengenai tempat yang terhormat.

Kedua contoh itu menunjukkan bahwa sekalipun SSY menjadikan Kitab Suci (TDB/NW) sebagai yang utama, Kitab Suci itu dalam kenyataannya adalah pelajaran doktrin SSY yang banyak isinya sudah direkayasa sedemikian rupa dan disesuaikan pengajaran SSY sehingga isinya menjadi berbeda dengan naskah aslinya yang digunakan sebagai dasar penerjemahan Alkitab Kristen.

KITAB SUCI TDB TIDAK SAMA DENGAN ALKITAB KRISTEN

Bila kita berjumpa dengan SSY, sebagai jalan pembuka, mereka biasa mengatakan bahwa Alkitab Kristen (LAI) sama dengan Alkitab SSY (NW/TDB), kecuali 7000 kata 'Yehuwa' yang telah dipulihkan sesuai naskah aslinya dalam bahasa asli Alkitab. Dari pembahasan di tas kita melihat bahwa Alkitab Kristen (LAI) tidak sama dengan Alkitab SSY (TDB/NW). Yang pertama (LAI) berusaha mencari terjemahan teks bahasa asli yang paling tepat, dan Alkitab terbuka untuk dipelajari oleh setiap umat Kristen secara langsung (exegese). Yang kedua sudah mengandung 'doktrin' SSY, baik melalui sistem terjemahan kata-per-kata maupun melalui sistem referensi dan apendiks (eisegese).

Beberapa contoh nyata kenyataan adanya proses ‘eisegese’ (memasukkan pengajaran dalam proses penerjemahan) dapat dilihat pada fakta-fakta berikut:

(1) Penggunaan nama Yehuwa (bhs. Ibrani) ke dalam Perjanjian Baru yang naskah aslinya dalam bahasa Yunani;

(2) Terjemahan Yoh.1:1 mengeai perubahan ‘Firman itu adalah Allah’ menjadi ‘Firman itu adalah suatu Allah’ yang tidak sesuai kaidah bahasa;

(3) Pengubahan terjemahan ‘Tuhan’ sebagai sebutan untuk Yesus dengan istilah ‘Tuan’ yang lebih lemah;

(4) Banyak contoh ayat yang telah diubah maknanya melalui terjemahan kata-per-kata;

(5) Terjemahan Dunia Baru bahasa Indonesia bukan terjemahan naskah asli bahasa Ibrani & Yunani, tapi terjemahan dari bahasa Inggeris NW.

Berbeda dengan Kitab Suci SSY yang diatur oleh kantor pusat di Brooklyn, New York, Alkitab Kristen terus terbuka terhadap penerjemahan teks bahasa asli yang paling tepat dan umat didorong membaca dan menggali sendiri pengertian ajaran langsung dari Alkitab itu. Teks Terjemahan Baru dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI-TB) diterima oleh Konperensi Waligereja Indonesia (Katolik), demikian juga aliran Baptis, Advent, Pentakosta, Kristen Protestan, semua menggunakan Alkitab yang sama. Adanya ayat-ayat pada catatan-kaki dalam Alkitab LAI bukanlah referensi untuk mengarahkan kepada ajaran tertentu, tetapi hanya menunjukkan adanya ayat-ayat paralel di bagian lain.

Perlu disadari bahwa Lembaga Alkitab Indonesia adalah anggota Lembaga Alkitab Sedunia yang memiliki ahli-ahli teologia, bahasa, antropologi dll. yang menjadi anggota tim penerjemah. Mereka diutus oleh banyak aliran gereja Kristen. Sekalipun demikian, setiap Lembaga Alkitab Nasional dalam menerjemahkan Alkitab ke bahasa setempat menggunakan naskah asli bahasa Ibrani (PL) dan Yunani (PB). Karena itu adalah tidak pantas kalau penerjemahan yang dilakukan kelompok sekte yang otoriter yang faktanya bukan terjemahan sesuai kaidah bahasa dijadikan pengukur kebenaran terjemahan yang mengacu pada naskah aslinya.

Saksi Yehuwa dan Akhir Zaman

SAKSI-SAKSI YEHUWA & AKHIR ZAMAN

Berbicara mengenai SSY & Alkitab kita tidak dapat mengabaikan hubungannya dengan Akhir Zaman di mana hari Kiamat termasuk karena SSY cenderung menjadikan Alkitab sebagai buku teka-teki soal Akhir Zaman. Ajaran Akhir Zaman dapat dikata merupakan ajaran sentral SSY, bahkan sedini pembentukannya diramalkan bahwa Yesus akan datang pada tahun 1874. Karena selalu ramalan SSY keliru dan direvisi maka banyak orang meragukan pengertian SSY mengenai Alkitab khususnya soal Akhir Zaman, namun ada yang berdalih bahwa "Semua orang dapat menyelidiki seluruh publikasi Saksi Yehuwa. Tidak ada satu pun yang berisi mengenai ramalan spesifik tentang kapan kiamat datang." Marilah kita selidiki publikasi SSY itu!

AKHIR ZAMAN

Charles Taze Russel pendiri SSY terpengaruh gereja Advent mengenai kedatangan Yesus, namun karena tidak cocok membentuk kelompok Alkitab sendiri (1870) dan percaya bahwa kehadiran Yesus sebenarnya tidak kelihatan dan telah dimulai tahun 1874 (SSY tidak mempercayai bahwa Yesus bangkit secara tubuh tetapi hanya secara roh).

Akhir Zaman/Kiamat adalah tema sentral ajaran SSY karena sejak awal kedatangan Yesus sudah ditunggu dan tahun 1879 Russel menerbitkan majalah ‘Zion’s Watch Tower and Herald of Christ Presence." Tahun 1886 ia mulai menulis 7 jilid buku tebal berjudul ‘Milenial Dawn’ (Fajar Milenium, yang kemudian diganti judulnya ‘Studies in the Scriptures’). Judul-judul seri mengungkapkan pokok-pokok pemikiran mengenai Akhir Zaman, seperti judul jilid dua diberi tema ‘The Time is at Hand’ (1889), jilid tiga ‘Thy Kingdom Come’ (1891), dan jilid IV ‘The Day of Vengeance’ (1897, belakangan disebut The Battle of Armagedon).

Dipercayai bahwa kedatangan Yesus keduakali pada tahun 1874 adalah melakukan persiapan selama 40 tahun dimana masa itu Yesus melakukan perang besar yaitu perang Harmagedon (Why.16:14-16) dan kerajaan 1000 tahun dibawah pemerintahan Kristus akan dimulai. Perang itu berakhir pada bulan Oktober 1914 dimana kerajaan-kerajaan dunia dan kerajaan gereja (susunan Kristen) akan musnah atau berakhirnya ‘Zaman Orang Kafir’ (Watch Tower, January 1886; Studies in the Scripture jilid II, h.91; Karena Allah itu Benar Adanya, h.206). Disebutkan bahwa "This is another strong coroborative proof of the Lord’s Presence and the end of the world, beginning in 1914" (Creation, h.307).

TAHUN 1914

Sebenarnya ramalan SSY tentang zaman akhir sudah diarahkan dimulai tahun 1799 dan selanjutnya dengan memperhitungkan tahun sabat-akbar 2500 tahun (50X50) disebutkan bahwa pada tahun 1874 Yesus telah datang dalam keadaan roh untuk mempersiapkan pemerintahannya di bumi. Dengan memperhitungkan angka hukuman 7 kali lipat maka diperolehlah angka 7X360 = 2520 tahun (lipat dianggap tahun dan tahun dihitung harinya) diperoleh tahun 1914 sebagai angka Akhir Zaman atau Akhir Dunia/Kiamat. Disebutkan dengan yakin oleh Russel "This is another strong coroborative proof of the Lord’s Presence and the end of the world, beginning in 1914"

Penentuan tahun ramalan itu di dasarkan perhitungan angka-angka dalam Alkitab yang ditafsir secara harfiah & alegoris. Angka 1914 diperoleh juga dari perhitungan angka 2520 dalam Why.12:6,14, (‘Pemerintahan yang Akan Mendatangkan Firdaus’, h.20, salah cetak disebut 2250). Yang menjadi masalah angka 2520 itu dianggap dimulai ketika Babel menyerbu Yerusalem pada tahun 607/606sM. Di sini kita dapat melihat bagaimana SSY kurang menguasai data sejarah, sebab semua buku-buku sejarah sepakat bahwa tahun penyerbuan Babel ke Yerusalem terjadi pada tahun 587/6sM. Banyak anggota SSY yang terbuka akan kebenaran sejarah mundur, namun yang lain tetap menggunakan tahun fiktif itu.

Pada 1914 Yesus dianggap mulai memerintah kerajaan 1000 tahun dan iblis dicampakkan ke bumi dalam perang Armagedon. Sejak waktu itu sisa SSY yang akan memerintah bersama Yesus mulai menyiarkan ajaran SSY di seluruh bumi. Ayat-ayat Mat.25:31-46 mengenai perumpamaan Domba dan Kambing ditafsirkan secara alegoris bahwa domba-domba adalah SSY dan kambing-kambing adalah para pengikut agama palsu (a.l. Karena Allah Itu Benar Adanya, h.209; Pemerintahan yang Akan Mendatangkan Firdaus, h.23).

Setelah setan dicampakkan maka 144.000 SSY terpilih akan memerintah bersama Yesus di sorga dan sisa SSY lainnya akan hidup dalam suasana damai sejahtera di firdaus di bumi. Suatu pengharapan utopia yang merupakan dambaan SSY. Jadi, SSY diperhadapkan dengan kengerian perang Armagedon dan daya tarik surgawi dan firdaus di bumi dimana terjadi kebangkitan orang mati dan terdapat perdamaian antar manusia dan antar manusia dengan hewan (Yes.11:6-9). Semua penganut agama palsu akan dimusnahkan (tidak dipercayai adanya neraka).

TAHUN 1915

Kecuali Perang Dunia yang singkat, dan tidak menunjukkan bahwa nubuatan Why.11:18 tentang pembinasaan bumi terbukti, menyebabkan ramalan SSY perlu direvisi kembali karena pada tahun 1914 tidak ada tanda-tanda berakhirnya pemerintahan duniawi dan kehancuran kekristenan. Akibatnya Russel kembali merevisi tahun itu menjadi tahun 1915 dan setelah terlewati diramalkan ulang menjadi tahun 1918. Pada tahun-tahun itu pemerintahan dunia dan susunan Kristen / gereja ternyata tetap berdiri, dan yang terjadi adalah ‘end of Russel’ karena pada tahun 1916 ia meninggal dunia.

TAHUN 1918

Tahun 1918 terlewati tanpa tanda kiamat bahkan tahun itu ditandai dengan perdamaian untuk mengakhiri perang Dunia ke-I. Kemudian dibawah penerusnya Rutherford, disebut tahun yang baru 1925 dimana Abraham, Ishak dan Yakub diramalkan akan dibangkitkan dalam kesempurnaannya agar memerintah di bumi (Millions Will Now Living Will Never Die, h.89-90). Sekalipun pada tahun itu tetap tidak terjadi apa-apa, fanatisme akhir zaman mendorong SSY pada tahun 1929 membeli kompleks rumah di San Diego yang diberi nama ‘Beth Sarim’ yang dianggap tempat yang akan digunakan sebagai pusat pemerintahan mereka yang dibangkitkan.

Dalam film dokumenter yang meliput kotbah Russel dan Rutherford yang sangat berapi-api di stadion tentang akhir dunia/kiamat dihadapan ribuan pendengarnya, kita dapat melihat bahwa keyakinan soal ‘akhir dunia/kiamat’ (end of the world) itu memang benar-benar serius di kalangan SSY pada waktu itu. (lihat film semi dokumenter ‘The Witnesses of Jehovah’, Jeremiah Films, 1986).

Penantian masa dimulainya pemerintahan Kristus pada tahun 1914, 1918 dan 1925 sempat membuat ribuan anggota SSY berduyun-duyun berdatangan ke Amerika dari Eropah untuk menanti hari kebangkitan kedua itu dan karena tidak terjadi kemudian menjadi masalah sosial besar bagi pemerintah Amerika Serikat menghadapi orang-orang frustrasi yang banyak itu (lihat film dokumenter ‘The Witnesses of Jehovah’). Dari literatur SSY sendiri disebut bahwa ribuan SSY pada tahun-tahun itu berhenti dari pekerjaan, menjual rumah dan mobil mereka bahkan banyak petani tidak lagi mau menanam gandum dan diselingi masa depresi tahun 1930 benar-benar ramalan kiamat ini menjadi sensasi berat pada masa itu.

Sekalipun sudah berkali-kali tidak terbukti bahwa akhir dunia/kiamat datang, mereka masih mendambakan ‘Beth Sarim’ berfungsi sesuai ramalan. Yang terjadi kemudian adalah bahwa Beth Sarim menjadi saksi dunia bahwa Rutherford mati digedung itu pada tahun 1942 dan secara diam-diam kemudian untuk menghilangkan jejak Beth Sarim dijual pada tahun 1948.

TAHUN 1975

Perhitungan-perhitungan yang tidak pernah benar tidak meredakan fanatisme SSY, sebab kemudian dihitung bahwa sebenarnya Adam diciptakan pada tahun 4026sM dan 6000 tahun akan berakhir pada tahun 1975 dimana kerajaan 1000 tahun akan benar-benar berdiri dimana Kristus akan memerintah. Dalam publikasi SSY disebutkan bahwa banyak yang menjual rumah dan berhenti bekerja untuk menyambut berakhirnya kerajaan duniawi atau kiamat pada tahun 1975 (How Are You Using Your Life?, Kingdom Ministry, May 1974, h.3). Disebutkan bahwa "the battle of Armageddon will be all over by the autumn of 1975, and the long-looked-for thousand years reign of Christ will begin by then." (Watchtower, August 15, 1968).

Kembali tahun 1975 tidak terjadi pemusnahan pemerintah-pemerintah dunia bahkan susunan Kristen yaitu gereja-gereja pada tahun itu mengalami perkembangan pesat dengan adanya perkembangan kharismatik, dan zaman orang kafir ternyata belum juga berakhir. Salahnya ramalan akhir dunia/kiamat yang sudah berkali-kali itu tidak membuat SSY menyadari kesalahan fanatisme mereka dalam perhitungan ramalan akhir zaman/akhir dunia/kiamat, namun kemudian sesudah tahun 1975 berkembanglah kembali pendapat bahwa tahun 1914 adalah tahun yang benar tetapi dengan kandungan isi yang disesuaikan, yaitu hari itu bukan sebagai hari akhir dunia/kiamat (Akhir Zaman orang kafir) tetapi sebagai permulaan kerajaan 1000 tahun yang akhirnya nanti baru terjadi kiamat dengan perang armagedonnya. Kosep Akhir Zaman bergeser menjadi Zaman Akhir.

KEMBALI KE TAHUN 1914 DENGAN PENGERTIAN BARU

Dalam dasawarsa pasca 1975 terjadi kembali eforia akan buku-buku tulisan Russel sehingga ramalan 1914 itu kembali ditonjolkan tetapi disesuaikan dengan beberapa kali batalnya akhir dunia/kiamat yang diramalkan. Seri ‘Studies in the Scriptures’ yang biasa penulis pelajari dicetak pada tahun 1990-an oleh ‘Bible Students Congregation of New Brunswick’, seratus tahun setelah buku itu ditulis oleh Russel.

Sekalipun ramalan-ramalan tentang Akhir Zaman Orang Kafir dan Kiamat selama ini belum pernah terjadi, tidak sedikit SSY yang kemudian mengembangkan doktrinnya dengan mengatakan bahwa ‘Kiamat’ sebenarnya terjadi setelah kerajaan 1000 tahun berakhir. Di sini kita dapat melihat bahwa ketika kiamat yang berarti hari penghakiman dan berakhirnya hari-hari pemerintahan duniawi dan susunan Kristen tidak terjadi, maka pengertian kiamat itu diberi waktu sesuai pengertian baru, yaitu pada akhir masa kerajaan 1000 tahun, suatu pergeseran konsep dari ‘akhir zaman’ ke ‘zaman akhir.’

Sebelumnya sedini tahun 1914 sudah diramalkan soal kiamat. Dalam kamus Indonesia-Inggeris disebut bahwa ‘kiamat’ adalah ‘day of judgement’ dan ‘end of days’ yang dengan jelas bisa kita jumpai dalam publikasi SSY sebelum tahun-tahun 1914, 1918, 1925 maupun 1975, namun tidak terjadinya ‘judgement day’ dan ‘end of days’ dari pemerintahan dunia dan susunan Kristen pada tahun-tahun tersebut menyebabkan diubahnya pengertian ‘kiamat’ itu.

AJARAN YANG BERUBAH-UBAH

Memang sulit untuk menelusuri pemikiran SSY khususnya dalam hubungan dengan ramalan-ramalan akhir zaman/kiamat, soalnya kesalahan perhitungan yang semula diyakini dengan begitu fanatik bisa saja dianggap kemudian sebagai perhitungan yang belum sempurna dan diubah/diganti dengan tahun lainnya, dan dalam kasus 1914 malah kembali kepada ramalan sebelumnya yang sudah dianggap salah namun dengan pengertian baru. Dalam buku SSY disebutkan bahwa pemikiran mereka bersikap progresif:

"Pengertian yang jelas tentang Firman Allah tidak datang sekaligus. Dalam banyak kasus, Siswa-siswa Alkitab dapat menangkap sari perincian pola kebenaran tetapi belum melihat gambar yang lengkap. Meskipun demikian, mereka rela belajar. Mereka tidak terbelenggu oleh kredo; mereka progresif. Mereka membagikan apa yang mereka pelajari." (Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah, h.132)

Kembali di sini kita dapat melihat betapa SSY menggunakan Alkitab sebagai buku primbon yang angka-angkanya dijadikan teka-teki kronologi sejarah, dan bila nubuat semula tidak terjadi selalu ada tahun kambing hitam lainnya yang direka-reka untuk memuaskan keinginan manusiawi.

Tuhan Yesus berfirman:

"Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya." (Kis.1:7).

Sebenarnya kalau SSY mau belajar terbuka sesuai ucapan kerelaan diatas (jadi tidak mengikuti indoktrinasi pusat di ‘Bethel-Brooklyn’ yang sudah terbukti banyak salahnya), yaitu dengan belajar dari terjemahan Alkitab yang sesuai kaidah bahasa seperti yang dimiliki oleh umat Kristen, tentu mereka tidak perlu setiap kali merevisi nubuatan-nubuatan rekaan manusia yang selalu salah itu dan mau dengar-dengaran akan sabda Roh Kudus sendiri yang menerangi umatnya dalam mengerti Firman Allah (susahnya mereka tidak mengakui Roh Kudus sebagai pribadi, melainkan sekedar kekuatan ilahi saja).

"tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yoh.14:26).

Sampai saat ini SSY dalam kampanyenya tetap menekankan soal Akhir Zaman dengan pengertian terakhir ini dan menawarkan suatu utopia surga dibalik armagedon yang mengerikan, namun karena sampai sekarang surga sudah penuh dengan 144.000 orang-orang SSY yang sudah meninggal, maka lainnya diberi tempat tinggal secara kekal di firdaus di bumi dan manusia non-SSY dari semua agama dunia akan dimusnahkan. Suatu pembagian dimana ada manusia SSY kelas satu (surgawi) dan kelas 2 (firdaus duniawi), dan yang bukan SSY sebagai akan ‘mati kekal’ (musnah). Yang terakhir memang bukan pilihan yang tidak enak karena tidak dipercaya adanya neraka.

Sejarah berdirinya MUI

Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghimpun para ulama,zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu’ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air.

Antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Propinsi di Indonesia, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al Washliyah, Math’laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, AD, AU, AL dan POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan.

Dari musyawarah tersebut, dihasilkan adalah sebuah kesepakatan untuk membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama. zuama dan cendekiawan muslim, yang tertuang dalam sebuah “PIAGAM BERDIRINYA MUI,” yang ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang kemudian disebut Musyawarah Nasional Ulama I.

Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang peduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat.

Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya). Maka mereka terpanggil untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI, seperti yang pernah dilakukan oleh para ulama pada zaman penajajahan dan perjuangan kemerdekaan. Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia.

Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di kalangan umat Islam sendiri.

Akibatnya umat Islam dapat terjebak dalam egoisme kelompok (ananiyah hizbiyah) yang berlebihan. Oleh karena itu kehadiran MUI, makin dirasakan kebutuhannya sebagai sebuah organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat Islam.

Dalam perjalanannya, selama dua puluh lima tahun Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah musyawarah para ulama, zu’ama dan cendekiawan muslim berusaha untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam dalam mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala; memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta; menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah timbal balik antara umat dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan nasional; meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik.

Dalam khitah pengabdian Majelis Ulama Indonesia telah dirumuskan lima fungsi dan peran utama MUI yaitu:
Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya)
Sebagai pemberi fatwa (mufti)
Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Ri’ayat wa khadim al ummah)
Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid
Sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi munkar

Sampai saat ini Majelis Ulama Indonesia mengalami beberapa kali kongres atau musyawarah nasional, dan mengalami beberapa kali pergantian Ketua Umum, dimulai dengan Prof. Dr. Hamka, KH. Syukri Ghozali, KH. Hasan Basri, Prof. KH. Ali Yafie dan kini KH. M. Sahal Maffudh. Ketua Umum MUI yang pertama, kedua dan ketiga telah meninggal dunia dan mengakhiri tugas-tugasnya. Sedangkan dua yang terakhir masih terus berkhidmah untuk memimpin majelis para ulama ini.

Demikianlah sekilas tentang Majelis Ulama Indonesia

Ahmadiyah dan Kebebasan Berpendapat

Kebebasan berpendapat tak berlaku ketika suatu keyakinan bertentangan dengan kaidah atau pondasi dasar suatu agama. Pelarangan ajaran dan kegiatan dari jemaah Ahmadiyah oleh MUI telah memenuhi syarat formal karena ajaran Ahmadiyah telah menyimpang dari kaidah hukum Islam, Rukun Iman telah dilanggar oleh Jemaat Ahmadiyah sehingga ajaran Ahmadiyah bukan menganut agama Islam lagi. Lain halnya jika jemaat Ahmadiyah membuat agama baru dan tidak menyertakan embel-embel agama Islam yang melekat kepadanya. Sebagai bahan pengertian menyimpangnya ajaran tersebut dari ajaran Islam berikut ini poin-poin ajaran Ahmadiyah .

Pokok-Pokok Ajaran Ahmadiyah al-Qadiyan

Di antara pokok-pokok ajaran Ahmadiyah al-Qadiyan adalah sebagai berikut :

1. Mengimani dan meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad, laki-laki kelahiran India yang mengaku menjadi nabi, adalah nabinya.

2. Mengimani dan meyakini bahwa "Tadzkirah" yang merupakan kumpulan sajak buatan Mirza Ghulam Ahmad itu adalah kitab sucinya. Mereka menganggap bahwa wahyu adalah yang diturunkan kepada Mirza Ghulam Ahmad.

3. Mengimani dan meyakini bahwa kitab "Tadzkirah" derajatnya sama dengan Alquran.

4. Mengimani dan meyakini bahwa wahyu dan kenabian tidak terputus dengan diutusnya Nabi Muhammad saw. Mereka beranggapan bw risalah kenabian terus belanjut sampai hari kiamat.

5. Mengimani dan meyakini bahwa Rabwah dan Qadian di India adalah tempat suci sebagaimana Mekah dan Madinah.

6. Mengimani dan meyakini bahwa surga itu berada di Qadian dan Rabwah. Mereka menganggap bahwa keduanya sebagai tempat turunnya wahyu.

7. Wanita Ahmadiyah haram menikah dengan laki-laki di luar Ahmadiyah,namun laki-laki Ahmadiyah boleh menikah dengan wanita di luar Ahmadiyah.

8. Haram hukumnya salat bermakmum dengan orang di luar Ahmadiyah.

(Sumber: Diadaptasi dari Mengenal Aliran-Aliran Islam dan Ciri-Ciri Ajarannya,Drs. Muhammad Sufyan Raji Abdullah, Lc)

Ahmadiyah al-QadiyanAhmadiyah al-Qadiyan adalah suatu aliran yang bertendensi Islam yang bernaung di bawah seorang pemimpin yang mengaku menjadi nabi, yang tercetus pertama kali dari negeri India.Dr. Muhammad Iqbal, penyair terkenal dan sedaerah dengan pendiri aliran Ahmadiyah al-Qadiyan, mengatakan, "Qadianisme suatu organisasi yang berusaha untuk menciptakan golongan baru berdasarkan kenabian untuk menyaingi kenabian Muhammad saw."

Aliran Ahmadiyah al-Qadiyan didirikan oleh Mirza Ghulam pada tanggal 23 Maret 1889 M di sebuah kota yang bernama Ludhiana di Punjab, India. Pendiri Jemaat Ahmadiyah adalah salah seorang penulis buku yang produktif, yang dilahirkan pada tanggal 15 Februari 1935 M di Qadian, Nejed, India pada akhir kekuasaan pemerintahan Sikh. Pengikut Jemaat Ahmadiyah al-Qadiyan menyejajarkan imamnya yang mengaku sebagai nabi dengan derajat Nabi isa a.s., musa a.s., dan Nabi dawud a.s. Mirza Ghulam Ahmad meninggal pada jam 10.30 tanggal 26 Mei 1908 M akibat teserang penyakit kolera. (Mirza Basyaruddin, Tuhfad Shad Zada, hlm. 34).

Jemaat Ahmadiyah al-Qadiyan masuk ke Indonesia pada tahun 1935 M, dan saat ini telah tersebar ke berbagai daerah di wilayah Republik Indonesia, bahkan telah mempunyai sekitar 300 cabang, terutama di Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah, Sumatra Barat, Palembang, Bengkulu, Bali, NTB, dll. Saat ini Jamaah Ahmadiyah al-Qadiyan berpusat di Parung, Bogor, Jawa Barat, dengan gedung yang megah dan dilengkapi dengan peralatan yang canggih, serta perumahan seluas sekitar 15 hektar yang terletak di pinggir jalan raya Jakarta Bogor lewat Parung.

Sumber Hukum Aliran Ahmadiyah al-Qadiyan
Aliran ini mengakui dirinya bersumber dari:

1. Alquranul Karim.

2. At-Tazkhirah, yaitu sebuah buku yang memuat sajak-sajak buatan Mirza Ghulam Ahmad yang diyakini oleh para pengikutnya sebagai Alquran atau kitab suci yang diterima Mirza Ghulam Ahmad dari Allah SWT. Karena, Mirza ghulam Ahmad mengaku menerima wahyu dari Allah SWT.

3. Hadis Nabi saw.

4. Hadis buatan Mirza Ghulam Ahmad. Kitab hadis ini berisi petunjuk-petunjuk, hukum-hukum, perintah-perintah, dan larangan-larangan, halal, haram, dll. yang semuanya adalah perkatan Mirza Ghulam Ahmad, namun mereka meyakininya sebagai hadis.

5. Petunjuk Huzur, yaitu petunjuk Khalifah Ahmadiyah al-Qadiyan.

Jumlah Kibat Suci menurut Ahmadiyah al-Qadiyan

Jemaat Ahmadiyah al-Qadiyan meyakini bahwa kitab suci yang Allah turunkan kedunia kepada para nabi dan rasul-Nya ada lima.
1. Kitab Taurat, diturunkan kepada Nabi Musa.
2. Kitab Zabur, diturunkan kepada Nabi Dawud.
3. Kitab Injil, diturunkan kepada nabi Isa.
4. Kitab Alquran, diturunkan kepada nabi Muhammad saw.
5. Kitab At-Tazkirah, diturunkan kepada Mirza Ghulam Ahmad.

Anggapan Ahmadiyah al-Qadiyan ini tentunya menyalahi akidah Islam, yang Allah hanya menurunkan empat buah kitab suci selain suhuf kepada para nabi dan rasul-Nya, yaitu sebagai berikut.
1. Kitab Taurat, diturunkan kepada Nabi Musa a.s.
2. Kitab Zabur, diturunkan kepada Nabi Dawud a.s.
3. Kitab Injil, diturunkan kepada nabi Isa a.s.
4. Kitab Alquran, diturunkan kepada nabi Muhammad saw.

Dan, perlu diketahui bahwa kitab At-Tadzkirah yang diyakini oleh Jemaat Ahmadiyah al-Qadiyan sebagai kitab suci itu hanyalah kumpulan sajak-sajak buatan Mirza Ghulam Ahmad yang mencampuradukan dengan ayat-ayat suci Alquran. Mirza Ghulam Ahmad telah membajak sejumlah ayat-ayat Alquran yang kemudian disesuaikan dengan alirannya dan dimasukkan dalam sajak-sajaknya, namun lucunya kumpulan sajak itu dikatakan kitab suci.

Jumlah Nabi dan Rasul menurut Ahmadiyah al-Qadiyan Jumlah nabi dan rasul yang wajib diimani dan diyakini oleh aliran ini adalah 26 nabi. Adapun menurut ajaran Islam yang benar, jumlah nabi dan rasul yang wajib diimani adalah sebanyak 25, sebab setelah Nabi Muhammad saw. sudah tidak ada lagi nabi sesudahnya. Beliau adalah penutup para nabi dan rasul. Akan tetapi, aliran Ahmadiyah al-Qadiyan ini meyakini ada satu lagi rasul yang wajib diimani, yaitu Mirza Ghulam Ahmad.

Nama-Nama Bulan menurut Ahmadiyah al-Qadiyan Jemaat Ahmadiyah al-Qadiyan membuat nama-nama bulan sendiri yang berbeda dengan nama-nama bulan yang telah ditetapkan oleh Islam. Nama-nama bulan versi Ahmadiyah al-Qadiyan adalah sebagai berikut. 1. Suluh 2. Tabligh 3. Aman 4. Shahadah 5. Hijrah 6. Ihsan 7. Wafa' 8. Dhuhur 9. Tabuk 10. Ikha' 11. Nubuwwah 12. Fattah

Adapun nama-nama bulan yang ditetapkan oleh Islam adalah sebagai berikut. 1. Muharram (Muharam) 2. Shafar (Sapar) 3. Rabi'ul Awwal (Rabiulawal) 4. Rabi'ul Akhir (Rabiulakhir) 5. Jumadil Awwal (Jumadilawal) 6. Jumadil Akhir (Jumadilakhir) 7. Rajab (Rajab) 8. Sya'ban (Syaban) 9. Ramadhan (Ramadan)10. Syawwal (Syawal) 11. Dzulqaidah (Zulkaidah) 12. Dzulhijjah (Zulhijah).Tanah Suci menurut Ahmadiyah al-Qadiyan Jemaat Ahmadiyah al-Qadiyan berkeyakinan bahwa tanah suci dan tempat menunaikanibadah haji, selain di Mekah (Kakbah), juga di Rabwah dan Qadian India. Mereka meyakini bahwa Qadian di India adalah tempat suci selain Makkah al-mukarramah dan Madinah al-munawarrah, karena menurutnya Allah SWT telah memilih tempat tersebut untuk menurunkan wahyu-wahyu-nya yang diturunkan kepada Mirza Ghulam Ahmad, sebagaimana disebutkan dalam wahyu versi Mirza Ghulam Ahmad, "Sesungguhnya telah kami turunkan kitab suci (Tadzkirah) di Qadian dan dengan kebenaran kami telah menurunkannya dan dengan kebenaran kami telah turunkan." (Haqiqatu al-Wahyu), Mirza Ghulam Ahmad mengatakan, "Ibadah haji ke Mekah tanpa haji ke Qadian adalah haji yang kering lagi hampa, karena haji ke Mekah sekarang tidakmenjalankan misinya dan tidak menjalankan kewajibannya." (Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Depag RI, 1985, hlm. 19--20).

Kenabian menurut Ahmadiyah al-Qadiyan

Ahmadiyah al-Qadiyan meyakini bahwa kenabian masih terus berlanjut tanpa akhir dan terputus hingga hari kiamat. Ahmadiyah sangat tidak setuju dengan firman Allah SWT yang tercantum di dalam Alquran yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah penutup para nabi dan rasul. Ahmadiyah al-Qadiyan mengartikan lafaz khatam pada surah Al-Ahzab ayat 40 sebagai "cincin", dan bukan "penutup. Maka, arti ayat tersebut menjadi "Namun Muhammad adalah cincin para nabi." Ini adalah arti yang menyimpang dari pemahaman yang benar, ditinjau dari segi apa pun. Ahmadiyah al-Qadiyan Membajak Alquran Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku sebagai nabi yang ke-26 dan mengaku menerima wahyu dari Allah SWT telah memalsukan sejumlah ayat Alquran.

Sedikitnya terdapat 339 ayat Alquran yang dipalsukan olehnya. Mirza Ghulam Ahmad memalsukan ayat-ayat tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sajak-sajak buatannya, yang dikatakannya sebagai wahyu yang diturunkan dari Allah kepadanya, para pengikutnya juga tertipu dan meyakininya tanpa mengecek kebenarannya. Pemalsuan yang dilakukannya terhadap beberapa ayat Alquran tidak lain agar orang-orang mempercayainya. Dengan susunan yang sama seperti ayat-ayat Alquran (padahal isinya telah dibelokkan), orang yang masih bodoh dalam agama pasti mempercayainya. Ini adalah taktik pengelabuhan.

Di antara ayat-ayat Alquran yang dipalsukan oleh Mirza Ghulam Ahmad adalah sebagai berikut.
1. Surah Al-Baqarah: 11, 13, 20, 30, 35, 61, 106, 114, 120, 125, 214.
2. Surah Ali Imran: 3, 31, 37, 55, 123, 139, 140, 179.
3. Surah An-Nisa': 79, 82.
4. Surah Al-Maidah: 20, 56, 83.
5. Surah Al-An'am: 9, 14, 30, 34, 45, 55, 57, 91, 115, 135.
6. Surah Al-a'raf: 37, 113, 177, 178.
7. Surah Al-Anfal: 17, 30, 33, 36.
8. Surah At-Taubah: 32 dan 36.
9. Surah Yunus: 2 dan 16.
10. Surah Hud: 35.
11. Surah Yusuf: 39, 87, 91, 94, 97, 101.
12. Surah Ar-Ra'd: 11 dan 114.
13. Surah Al-Hijr: 95.
14. Surah An-Nahl: 128.
15. Surah Al-Isra': 1, 8, 36, 81, 96, 105, 110.
16. Surah Al-Kahfi: 110.
17. Surah Maryam: 34 dan 52.
18. Surah Thaha: 1 dan 131.
19. Surah Al-Ambiya': 3, 30, 36, 107.
20.Surah Al-Haj: 27.
21. Surah Al-Mu'minun: 27 dan 36.
22. Surah An-Nuur: 20.
23. Surah Asy-Syu'ara: 3, 222.
24. Surah An-Naml: 10.
25. Surah Al-Qashash: 6, 38.
26. Surah Al-Ankabut: 1.
27. Surah Al-Ahzab: 46.
28. Surah saba': 10.
29. Surah Yasin: 1, 3, 4, 6, 36, 58, 59, 83.
30. Surah Az-Zumar: 36, 37.
31. Surah Fush-Shilat: 31, 53.
32. Surah Fath: 1, 2, 3, 10.
33. Surah Adz-Dzariyat: 14.
34. Surah At-Thuur: 48.
35. Surah Al-Qamar: 44.
36. Surah Ar-Rahman: 2, 26.
37. Surah Al-Waqi'ah: 13, 79.
38. Surah Shaf: 8.
39. Surah Al-Qalam: 2.
40. Surah Al-Muzammil: 15.
41. Surah Al-Muddatsir: 25.
42. Surah Al-Bayyinah: 1.
43. Surah Az-Zilzalah: 1--3.
44. Surah An-Nashr dan Al-Lahab: 1. (Haqiqatu al-Wahyu, hlm. 70--108).

(Sumber: Diadaptasi dari Mengenal Aliran-Aliran Islam dan Ciri-Ciri Ajarannya, Drs. Muhammad Sufyan Raji Abdullah, Lc.)

Namun penyelesaian masalah ini jangan sampai menimbulkan kekerasan yang dilakukan pihak-pihak lain yang bertentangan dengan ajaran Ahmadiyah. Lebih baik dilakukan dengan pendekatan kepada mereka secara persuasif dan mengedepankan musyawarah. Tak perlu aksi-aksi anarkhis dan kekerasan yang hanya akan menambah penderitaan bangsa ini

Jumat, 11 April 2008

SELAMAT

Selamat atas terbentuk Blog dakwah Islamiyah ini.